REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jelang pemilihan presiden (Pilpres) 2019, berbagai isu dan spekulasi berseliweran di media sosial. Hal itupun diakui oleh Ustaz Yusuf Mansur (YM). Namun, ia berharap, generasi muda Indonesia yang peduli dengan nasib bangsa ini jangan hanya ramai menuangkan aspirasinya di media sosial (medsos).
Harapan itu ia lontarkan dalam talkshow ‘Bincang-Bincang bareng Ustaz YM dan Coach Indra Sjafri’ di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta, Rabu (8/8) malam. “Bagi pemuda yang peduli dengan bangsa ini, datang dan sampaikanlah kepedulian itu kepada Allah. Jangan hanya ramai di medsos spanduk dan media massa,” kata pimpinan pesantren Daarul Quran tersebut.
Menurutnya, salah satu langkah yang paling tepat untuk menyampaikan permohonan kepada Allah adalah adalah melalui sholat malam dan sholat dhuha. Selain itu, ia pun juga menekankan makna dari surat Yusuf ayat 86 yang menegaskan bahwa hanya kepada Allah-lah tempat untuk mengadu segala persoalan.
Meskipun, ia menyadari, terkadang ada seseorang yang memang merasa hidupnya tak memiliki persoalan yang berarti, sehingga merasa tak perlu untuk melakukan amalan dan menghayati makna ayat dari surat Yusuf tersebut.
“Bagi yang tak punya masalah, bisa mengadukan persoalan orang lain dalam doa dan sujudnya. Bisa juga mengadukan persoalan bangsa. Keren jika ada pemuda, yang rela menegakan sholat malam demi mendoakan bangsa ini. Itu keren,” ujarnya.
Hal itupun dikuatkan dengan kisah yang diutarakan oleh Pelatih Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia, Indra Sjafri. Dalam momen itu, ia mengisahkan tentang upayanya dalam membangkitkan dunia sepak bola Indonesia. Menurutnya, keberhasilan yang ia peroleh dalam menggairahkan sepak bola terutama pada tingkat junior juga merupakan buah dari keyakinanya akan kuasa Allah.
“Tidak ada yang tidak mungkin jika memang Allah sudah berkehendak. Termasuk dalam dunia sepak bola,” ujarnya. Indra pun mengaku, selama mengawal Timnas, berbagai ujian dan tantangan telah ia lalui. Hal itupun kemudian semakin mendekatkanya dengan Yang Maha Kuasa.
Salah satu pelajaran yang sangat ia resapi adalah terkait dengan keikhlasan dalam mengabdi kepada bangsa. Pasalanya, ia sempat tak mendapat gaji sebagai pelatih selama 17 bulan. Namun, demi pengabdianya kepada bangsa, ia tetap bersemangat untuk mengasuh para pemain demi menorehkan prestasi yang mengharumkan bangsa.
“Saat saya mendapat berbagai persoalan, saya hanya mengadu kepada Allah. Upaya saya di Timnas merupakan wujud atas keinginan saya untuk mengabdi kepada bangsa dan keluarga. Alhamdulillah, setelah itu saya berhasil membawa Timnas mencatatkan prestasi yang membanggakan,” kata dia.