Rabu 08 Aug 2018 23:10 WIB

KSP: Masjid Harus Jadi Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Moeldoko berharap masjid bukan hanya menjadi tempat ibadah.

Kepala staf Kepersidenan Moeldoko berbincang bersama wartawan diruangannya, Senin (2/7).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Kepala staf Kepersidenan Moeldoko berbincang bersama wartawan diruangannya, Senin (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko berharap, keberadaan masjid di Indonesia bukan hanya menjadi tempat ibadah. Moeldoko ingin masjid juga bisa pemberdayaan masyarakat.

Menurut mantan Panglima TNI ini, operasional masjid sering kali tidak terpenuhi biaya dari sumbangan jemaah, untuk itu perlu manfaatkan sejumlah aset masjid agar bisa mendatangkan pemasukan, asalkan fungsi utama masjid sebagai rumah ibadah tetap tidak terganggu. Ia pun bercerita tentang masjid dan Islamic center di Jombang, Jawa Timur yang dibangunnya.

"Bukan saya mau riya (ingin dipuji) tapi saya contohkan, di Islamic Center di Jombang, dibangun toko oleh-oleh di bagian depannya, ini untuk dikelola agar masjid tidak meminta-minta di jalanan," katanya, Rabu (8/8).

Islamic Center Moeldoko juga memiliki gedung pertemuan dan barak untuk musafir, hingga panti asuhan yatim piatu.  Ia berharap komplek Islamic Center seluas hampir 1 Ha itu bisa memberdayakan masyarakat Jombang. Moeldoko menegaskan pengelolaan Masjid yang menampung sekitar 1500 jamaah dan Islamic Center itu diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Jombang, kecuali untuk panti asuhan, tetap ditanganinya.

Terkait fungsi lain dari masjid itu, menurut Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Azhar Simanjuntak, seharusnya tidak menjadi masalah. Oleh karena itu, ia sepakat bahwa semangat membangun masjid adalah juga untuk membangun peradaban.

Apalagi bila pembangunannya dilakukan tanpa harus meminta-minta di tepi jalan, karena di luar cara itu, menurutnya bisa juga dilakukan lewat pemberian bantuan sosial dari pemerintah, dari kelompok usaha sosial masyarakat, atau dana CSR. Fungsi lain masjid, di luar sebagai tempat kegiatan ibadah, mendapat penguatan dari argumen Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Didin Hafidhuddin.

Menurutnya, pada zaman keemasan Islam, hampir semua kegiatan berporos di masjid. Mulai dari ibadah, sosial, ekonomi, kesejahteraan, hingga pendidikan.  Dalam konteks sosial, Didin menyampaikan bahwa Masjid bisa menjadi penghubung antara kaum yang kurang mampu dengan jemaah yang lebih mampu secara ekonomi.

Dalam konteks pendidikan, masjid bisa mengambil peran sebagai penjamin anak-anak kurang mampu agar mereka bisa terus mendapat akses pendidikan atau memberikan beasiswa. Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyebut peranan masjid sangat penting dalam pembinaan karakter generasi muda. Menurut dia, Nabi Muhammad SAW juga melakukan pemberdayaan masyarakat di masjid.

"Di zaman Nabi menjadi pusat ekonomi, pendidikan bahkan kantor pengadilan. Masjid menjadi pusat informasi dan kemajuan zaman,¿ kata Nasaruddin kepada wartawan di Jakarta.

Nasaruddin mengakui dari sekitar 800 ribu masjid yang ada di Indonesia, belum seluruhnya dijadikan tempat pemberdayaan masyarakat.  "Coba setiap masjid ada minimarket karena makanannya terjamin halal, masjid bisa jadi pusat ekonomi juga," kata anggota Majelis Mustasyar Dewan Masjid Indonesia itu.

Selain itu, dia berharap pendidikan agama di sekolah juga dipindah di masjid. Alasannya, kata dia, guru bisa mengontrol langsung tata cara siswa dalam belajar agama, baik cara wudhu, pakai mukena atau ibadah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement