REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan dukungan psikososial pascabencana gempa bumi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Melihat dampak psikologis yang timbul akibat bencana, maka tidak hanya bantuan secara fisik saja yang diperlukan para korban tapi dukungan psikologis pascabencana juga sangat diperlukan.
"Dengan tingkat kerusakan hampir 90 persen tentu bisa dibayangkan seperti apa dampak psikologisnya," kata Vice President of Humanity Network Department Aksi Cepat Tanggap (ACT), M Insan Nurrochman, kepada Republika.co.id, Selasa (7/8).
Insan mengatakan, dampak psikologi di antaranya depresi, cemas, perilaku agresif, bingung, putus asa, sedih, perasaan kehilangan yang dalam, takut, keinginan untuk selalu menyendiri dan lain sebagainya. Maka program trauma healing juga sangat diperlukan masyarakat yang terdampak bencana.
"Maka ACT, Insyaallah, juga akan menerjunkan relawan ahli bidang psikososial ini, kerja sama dengan pihak-pihak terkait," ujarnya.
Kepala Cabang ACT NTB, Lalu Alfian Muhammad, menyampaikan pascagempa bumi yang pertama ACT telah menerjunkan tim medis untuk melakukan trauma healing kepada para korban. Pascagempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter (SR), pada Ahad (5/8), ACT menambah kembali tim medis untuk melakukan pertolongan pertama dan perawatan. ACT juga menambah relawan medis untuk melakukan trauma healing.
"Relawan medis memberikan trauma healing kepada anak-anak dan orang tua lanjut usia, ACT juga akan menurunkan psikolog untuk membantu relawan medis memberikan trauma healing," ujarnya.
Tim medis ACT membantu korban lanjut usia di tenda pengungsian.