Kamis 02 Aug 2018 16:13 WIB

Jalan Kebahagiaan Guru

Semua guru tahu, ada harga yang harus dibayar untuk meraih kebahagiaan.

Guru mengajar di kelas. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Guru mengajar di kelas. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OLEH ASEP SAPA'AT

Semua guru tahu, ada harga yang harus dibayar untuk meraih kebahagiaan. Namun, tidak semua guru paham bagaimana cara terbaik untuk meraih kebahagiaan tersebut. Lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada sungguh-sungguh mengatasi masalah hidup murid bukanlah jalan terbaik meraih kebahagiaan hakiki.

Jika diibaratkan pelari dan pendaki, manakah posisi dan peran terbaik yang harus dilakoni guru?

Pelari memacu diri lebih dahulu cepat sampai garis finis. Bahkan, tak boleh ada yang mengalahkan dirinya. Lain halnya dengan karakteristik pendaki. Pendakian kerap dilakukan bersama-sama.Karena pendakian merupakan perjalanan yang melelahkan dan lama, para pendaki mesti saling mengisi dan saling membantu agar sampai puncak gunung. Pendaki yang lemah wajib ditolong. Pendaki yang kuat tulus memberikan pertolongan.

Guru tak boleh seperti pelari. Dia tak peduli kesusahan hidup murid-murid. Murid yang terlambat belajar atau berperilaku buruk dianggap beban hidup. Alih-alih dibantu menyelesaikan masalah, guru pelari meninggalkan murid yang dianggap bermasalah.Sebab, dia lebih tertarik mengurus murid pintar karena lebih mudah dilakukan dan bisa mengangkat citra dirinya sebagai guru hebat

Guru hendaknya memiliki karakteristik sebagai pendaki. Dia menghancurkan egonya. Fokus guru pendaki bukan sampai ke puncak gunung sendirian, melainkan memastikan semua pendaki mencapai puncak gunung bersama-sama dalam keadaan selamat. Guru pendaki amat sensitif dengan kesulitan hidup murid.

Mata lahir dan mata batinnya didayagunakan untuk menemukenali masalah setiap murid. Dia bersemangat untuk mengatasi kesulitan hidup murid. Guru pendaki menghabiskan waktu untuk melayani murid. Saat membimbing murid ke puncak, itulah momen terindah bagi guru pendaki.

Guru pelari dan guru pendaki punya orientasi hidup yang berbeda. Ibrahnya, guru pelari fokus pada diri sendiri, sedangkan guru pendaki fokus melayani murid. Guru pelari merasa sukses karena bisa meraih prestasi yang bermanfaat hanya untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, ukuran kesuksesan guru pendaki terletak pada pencapaian prestasi murid-muridnya.

Rasulullah SAW bersabda, Dan barang siapa yang memberikan kemudahan (membantu)kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. (HR Muslim).

Guru pendaki paham bahwa kesuksesan dirinya bergantung pada kesuksesan hidup murid-muridnya. Saat dia sabar dan setia membantu menyelesaikan kesulitan hidup para murid, hakikatnya dia sedang meniti jalan menuju kebahagiaan yang hakiki. Makin bermanfaat hidupnya bagi para murid, makin berbahagia kehidupan para guru. Wallahu a'lam bishawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement