Selasa 31 Jul 2018 05:31 WIB

Mars Yalal Wathan di UIN Riau Dipersoalkan Mahasiswa

Mereka menilai mars itu hanya menguntungkan ormas tertentu.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
logo UIN Suska Riau
Foto: plus.google.com
logo UIN Suska Riau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- UIN Sultan Syarif Kasim Riau menggelar kegiatan 'Apel Akbar dan UIN Suska Bershalawat Mewujudkan Akademisi Hebat dan Berwawasan Moderat untuk Indonesia Kuat, serta Deklarasi Setia NKRI, Anti Hoax dan Anti Radikalisme' pada 26 Juli lalu. Kegiatan itu dirangkai dengan acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Tahun Akademik 2018/2019 yang dibuka pada 27 Juli.

Namun, ada beberapa mahasiswa yang menganggap kegiatan karena dinilai menguntungkan ormas tertentu dengan dinyanyikannya Mars Ya Lal Wathan ciptaan Pahlawan Nasional, KH Wahab Chasbullah. Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Sultan Syarif Kasim Riau, Akhmad Mujahidin mengatakan, bahwa Mars Yalal Wathon adalah ikhtiar memupuk rasa kecintaan mahasiswa baru terhadap Tanah Air-nya, memupuk semangat nasionalisme dan patriotisme. 

Menurut dia, kegiatan itu hanya dimaksudkan untuk menyambut mahasiswa baru sebagai entitas penting civitas akademika agar mempunyai semangat keagamaan yang tinggi, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta peka terhadap sosial kemasyarakatan.

Sedangkan kegiatan PBAK, merupakan kegiatan wajib sebagai ritus penyambutan mahasiswa baru dikalangan PTKIN yang pelaksanaannya mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor 4962 Tahun 2016.

“PBAK dimaksudkan agar mahasiswa mengenal budaya akademik, dunia kemahasiswaan, menjadi civitas akademika yang berpaham keagamaan yang moderat, mempunyai semangat kebangsaan yang tinggi dan berkarakter," ujar Mujahidin dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (30/7).

Mujahidin membantah telah terjadi tindakan kekerasan kepada panitia dari unsur mahasiswa. Kendati demikian, Rektor dan Pimpinan UIN Suska Riau tetap menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang kurang berkenan atas ucapan dan tindakan dalam merancang dan mengimplementasikan kegiatan itu. 

"Itu kesalahpahaman, saya hanya memegang bahu dan pipi Resimen Mahasiswa sebagai rasa sayang kakak terhadap adiknya, karena saya juga mantan Menwa”, ucap Mujahidin.

Menanggapi masalah itu, Dirjen Pendis Kemenag, Kamarudin Amin hanya mengatakan, bahwa mahasiswa yang dinamis perlu dilakukan pendekatan dialog dan seni tersendiri. Dia berharap, apa yang terjadi di UIN Suska segera selesai dan kegiatan PBAK dapat dilanjutkan kembali serta layanan akademik bagi mahasiswa baru tetap berjalan. 

“Kita tidak mentolerir hal-hal yang substanstif misalkan tentang tindakan radikal, ingin menang sendiri dan memaksakan kehendak," kata Kamaruddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement