Jumat 27 Jul 2018 15:54 WIB

Survei DMI: Generasi Muda Masjid Semakin Menonjol

Hingga Tahun 2018, Indonesia memiliki 800 ribu masjid dan mushala.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah remaja muslim menghadiri acara halal bi halal DMI di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (6/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah remaja muslim menghadiri acara halal bi halal DMI di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (6/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) melakukan survei terhadap beberapa masjid di Indonesia. Dari hasil survei tersebut terlihat kelompok generasi muda semakin menonjol mengisi aktivitasnya di masjid.

Ketua Umum DMI yang juga sebagai Wakil Presiden Indonesia, M. Jusuf Kalla (JK) menyebut jumlah masjid dan mushala di kota-kota besar di Indonesia terus mengalami perkembangan. Hingga Tahun 2018, ungkap JK, Indonesia memiliki 800 ribu masjid dan mushala.

Namun survei DMI terbaru menyebut tidak hanya dari sisi jumlah masjid, keterlibatan jamaah juga terlihat tumbuh dan semakin semarak. Departemen Kaderisasi Pemuda PP DMI, M. Arief Rosyid Hasan memaparkan salah satu kelompok jamaah yang menonjol adalah generasi muda.

"Dengan tingkat pendidikan dan wawasan yang berbeda dengan generasi di atasnya, mereka tampak memiliki aspirasi yang lebih beragam terhadap keberadaan dan kegiatan di masjid," kata Arief Rosyid dalam keterangan pers, Jumat (27/7).

Survei DMI ini dilakukan bekerjasama dengan Merial Institute, dengan melakukan survei terhadap generasi muda muslim. Survei berlangsung pada 17-21 Juli 2018. Jumlah responden sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun dan berdomisili di 12 kota besar, diantaranya Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, Palembang.

"Beberapa temuan yang menarik di antaranya adalah, sebanyak 33,6 persen responden mengaku selalu datang beribadah di masjid setiap hari. Sisanya 66,4 persen responden tidak datang setiap hari," sebutnya.

Namun di sisi lain, lanjut dia, hanya 33,2 persen responden yang menganggap bahwa pengelolaan masjid saat ini telah mewakili aspirasi generasi muda. Mereka (responden) merasa perlu variasi kegiatan dan perbaikan dalam pengelolaan fasilitas di masjid.

Sedangkan sebanyak 96 persen responden menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh akbar di masjid. Dan 95 persen responden menganggap perlu kegiatan pendidikan, seperti kursus dakwah, pelatihan imam, pesantren kilat di masjid.

Kemudian sebanyak 73,9 persen responden membutuhkan kegiatan usaha di masjid, seperti dalam bentuk koperasi, mini market ataupun warung. Dan sebanyak 67,3 persen responden merasa perlu diadakan kegiatan olahraga dan kebugaran di masjid.

Arie memaparkan kekhawatiran berbagai pihak tentang masjid menjadi persemaian paham radikalisme juga tidak tampak. "Hanya 6,98 persen responden mengaku pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis tertentu. Dan hanya 2,03 persen yang setuju dengan materi tersebut," ungkapnya.

Kekhawatiran lain, soal masjid digunakan untuk tujuan politik praktis juga masih ada. Namun menurut dia, tidak terlalu signifikan. Hanya 15,65 persen responden pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan politik praktis di masjid. Dan hanya 15,54 persen yang setuju dengan materi tersebut.

"Dari survei ini, generasi muda tampak lebih banyak beribadah di masjid. Namun mereka membutuhkan variasi kegiatan sosial dan ekonomi di masjid. Mereka berharap masjid dapat dimanfaatkan lebih dari sekadar tempat ibadah salat," kata Arief.

Menurut dia, meningkatnya harapan generasi muda umat Islam terhadap pengelolaan masjid perlu disambut gembira oleh berbagai pihak. Selain itu juga perlu diikuti dengan perbaikan pelayanan dan fasilitas masjid. Sehingga iharapkan tercapai, umat Islam lebih banyak memakmurkan masjid, sekaligus dimakmurkan oleh masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement