Kamis 19 Jul 2018 18:52 WIB

Jerman Ingin Tingkatkan Kerja Sama dengan Indonesia

Kontribusi Indonesia dalam isu-isu perdamaian membuat Jerman terkesan.

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Friska Yolanda
Direktur Kebijakan Hubungan Penelitian-Akademik dan Kebijakan Hubungan Budaya Kementerian Luar Negeri Jerman, Heldrun Tempel, saat berdialog dengan para peserta program Life of Muslims in Germany 2018, Selasa (17/7).
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Direktur Kebijakan Hubungan Penelitian-Akademik dan Kebijakan Hubungan Budaya Kementerian Luar Negeri Jerman, Heldrun Tempel, saat berdialog dengan para peserta program Life of Muslims in Germany 2018, Selasa (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintah Jerman ingin terus meningkatkan kerja sama dan dialog dengan Indonesia terutama terkait dengan Islam dan kebudayaan. Hal itu karena dalam beberapa tahun terakhir jumlah penganut Islam di Jerman meningkat cukup pesat.

"Kami melihat Indonesia sebagai negara yang aktif pada berbagai konferensi tentang kebudayaan dan agama. Kami juga melihat agama bisa berkontribusi cukup besar sebagai resolusi konflik," ujar Direktur Kebijakan Hubungan Penelitian-Akademik dan Kebijakan Hubungan Budaya Kementerian Luar Negeri Jerman, Heldrun Tempel, Selasa (17/7).

Tempel mengatakan, masih banyak orang di Jerman berpikir bahwa Islam identik dengan Timur Tengah atau Turki. Padahal, kata dia, di negaranya juga banyak komunitas-komunitas Muslim dari negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

Menurut dia, kontribusi Indonesia dalam isu-isu perdamaian membuat negaranya terkesan. "(Kontribusi-kontribusi) tersebut sangat menolong kami. Kami ingin melanjutkan dialog (dengan Indonesia-Red) ini," kata Tempel.

Satu hal yang perlu diperbaiki, kata dia, dialog-dialog dengan komunitas Muslim di Jerman ke depannya harus lebih terstruktur. Yang jadi masalah, selama ini komunitas-komunitas agama di Jerman kurang terorganisasi dengan baik.

"Anak-anak harus belajar di sekolah-sekolah negeri. Sedangkan universitas juga harus mengajarkan teologi untuk para imam (masjid)," ujarnya.

Ia mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir ini dialog menjadi hal yang sangat susah seiring dengan meningkatnya konservatisme di negara-negara Barat. Setelah isu terorisme pada era 2000-an, kini dunia dikhawatirkan dengan kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat.

"Tantangan yang kita hadapi saat ini menjadi sangat berat. Jerman dalam hal ini ingin melihatnya secara seimbang. Di satu sisi kami ingin menyediakan tempat buat Islam, namun di sisi lain juga untuk agama-agama lain. Saya percaya semua agama bisa berbagi tempat di sini," ujar Tempel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement