Ahad 08 Jul 2018 22:41 WIB

14 Intelektual Muslim Indonesia Berkunjung ke Jerman

Mereka akan bertemu dengan berbagai komunitas Muslim dan institusi Islam di Jerman.

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Friska Yolanda
Para peserta program 'Life of Muslims in Germany Study Program 2018' beberapa saat setelah tiba di Berlin Tegel Airport, Jerman, Ahad (8/7).
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Para peserta program 'Life of Muslims in Germany Study Program 2018' beberapa saat setelah tiba di Berlin Tegel Airport, Jerman, Ahad (8/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebanyak 14 intelektual muda Muslim asal Indonesia memperoleh fellowship dalam program yang diselenggarakan Goethe-Institut Indonesien, 'Life of Muslims in Germany, Study Program 2018'. Dalam program tersebut nantinya, para intelektual tersebut akan berkunjung ke Jerman selama dua pekan untuk bertemu dengan kalangan Muslim di Jerman.

"Dari 7 hingga 21 Juli 2018, para partisipan akan mengunjungi sejumlah kota seperti Berlin, Hamburg, dan Gottingen untuk bertemu dengan berbagai komunitas Muslim dan institusi-institusi Islam di Jerman," kata Project Manager Life of Muslims in Germany Study Program 2018, Hannes Hasenpatt, Ahad (8/7).

Para intelektual Muslim tersebut berasal dari berbagai macam latar belakang seperti akademisi, pengusaha, dan jurnalis. Mereka diseleksi dari 400 orang yang mengirimkan aplikasinya ke Goethe Institut, yang dalam hal ini bekerja sama dengan Universitas Paramadina.

"Salah satu aspek besar dalam program ini adalah mereka akan diperkenalkan dengan program-program Islamic Studies di Universities of Hamburg, Gottingen, dan Erfurt, begitu juga dengan Humboldt University di Berlin," kata Hannes.

Para partisipan nantinya akan bertemu dengan para mahasiswa doktoral serta akan berpartisipasi dalam berbagai workshop dengan berbagai subjek di kampus-kampus tersebut. Program lainnya termasuk tur-tur ke Museum of Islamic Art dan Oriental Department of the State Library.

"Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang koneksi historis, politik, dan sosial pada kultur Islam di Jerman," kata Hannes.

Sebelum berangkat ke Jerman, para peserta terlebih dahulu memperoleh pembekalan mengenai gambaran umum kehidupan masyarakat Muslim di Jerman di Hotel Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (7/7). Acara pembekalan tersebut berisi paparan oleh Direktur Regional Goethe Institut Indonesien, Heinrich Bloemeke, dan alumnus program Life of Muslims in Germany tahun lalu, Muhamad Heychael.

Salah satu partisipan, Dini Turipanam Alamanda, mengatakan sangat senang bisa berpartisipasi dalam program tahun ini. "Mengikuti kegiatan ini buat saya adalah kesempatan untuk mengeksplorasi langsung apa yang sebenarnya ada dan berkembang dalam kehidupan Muslim di Jerman," kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Garut, Jawa Barat, itu.

Hal yang sama juga dirasakan partisipan lainnya, Mutiara Intan Permatasari, yang berharap bisa menyelami lebih dalam kehidupan Muslim di Jerman. "Saya yakin bisa mengambil garis merah dari pengamatan mengenai Islam di Eropa melalui program ini," kata dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak tersebut.

Peserta lainnya, Zainul Maarif berharap bisa merasakan bagaimana menjadi minoritas di lingkungan kehidupan yang sekuler." Itulah mengapa saya katakan program ini sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kami sebagai Muslim yang terbiasa menjadi mayoritas," kata dosen falsafah dan agama Universitas Paramadina ini. 

Kegiatan yang sering disingkat LMG ini adalah program yang kedua kalinya diselenggarakan Goethe-Institut Indonesien bekerja sama dengan Paramadina. Tahun lalu, pada bulan Oktober 2017 sebanyak 14 peserta juga berkesempatan mengunjungi berbagai kota di Jerman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement