REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kementerian Agama RI melalui Puslitbang Agama dan Keagamaan bersama enam konsorium perguruan tinggi negeri islam, salah satunya UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta, menggelar program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Riset Aksi Kebangsaan di daerah perbatasan. Kerja sama ini akan berlangsung selama tiga tahun kedepan.
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengirimkan sepuluh mahasiswa dari berbagai disiplin keilmuan. Mereka akan mengabdi di Atambua Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk KKN selama satu bulan.
Kepala Bidang Puslitbang Agama dan Keagamaan Kementerian Agama RI Muhammad Murtadlo mengatakan, tujuan utama dari KKN tematik ini adalah untuk meningkatkan integritas kebangsaan masyarakat Indonesia yang ada di perbatasan negara Timor Leste.
“Untuk memajukan daerah perbatasan ada dua cara yaitu mengajar di daerah terluar atau membawa masyarakatnya menempuh pendidikan di kota,” katanya saat pelepasan mahasiswa KKN beberapa waktu lalu di UIN Suka Yogyakarta.
Oleh karena itu, lanjut dia, salah satu pilihannya adalah dengan mengirim mahasiswa untuk mendidik masyarakat perbatasan melalui program KKN Riset Aksi Kebangsaan. Dalam KKN Tematik tersebut, Kementerian Agama menugaskan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk menjadi ketua konsorium.
Ia pun juga menekankan bahwa perguruan tinggi islam negeri dituntut untuk mengembangkan program pendidikan yang berdaya saing global. Agar bisa mengatasi problem bangsa.
“Seperti masyarakat perbatasan minim akan integritas kebangsaan, ini tugas kita untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman wawasan nasiona,l” kata Murtadlo.
Rektor UIN Suka Yogyakarta, Yudian Wahyudi mengatakan, pelaksanaan KKN merupakan wujud iman secara ilmiah. Dalam alquran juga disebutkan untuk menjelajah muka bumi agar senantiasa ingat kekuasaan Tuhan. “Kegiatan KKN sama saja melaksanakan perintah Alquran yaitu wisata ilmiah,” kata Yudian.
Yudian pun berpesan agar mahasiswa bekerja keras dan jangan tinggalkan kewajiban tanpa tanggungjawab. Ia pun menilai KKN tersebut bukan sekedar jalan-jalan, tapi memberikan solusi bagi permasalahan yang ada di Atambua. Juga memberikan pendampingan pada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Sementara itu, Muzlam mahasiswa program studi Kimia yang juga menjadi ketua KKN Atambua menjelaskan bahwa sebelum terjun ke lokasi, peserta KKN telah melakukan riset kependudukan di lokasi. Data statistik yang diperoleh digunakan untuk bahan menyusun program kerja.
Setidaknya ada tiga program utama yaitu bidang ekonomi, pendidikan, dan pariwisata. “Bidang ekonomi misalnya membuat souvenir dan pelatihan sablon untuk masyarakat. Kemudian pendidikan pelatihan bahasa inggris, pengenalan lagu daerah dan budaya Indonesia, pendidikan reproduksi remaja dan gaya hidup sehat. Untuk wisata kami akan membekali pengetahuan masyarakat terkait teknologi informasi agar potensi obyek wisata tersiar luas,” ujarnya.