Kamis 05 Jul 2018 05:03 WIB

Di Lesotho Lebih Banyak Mushala

Pada Oktober 2009, komunitas Muslim Lesotho membangun sebuah masjid.

Lesotho
Foto: [ist]
Lesotho

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Lesotho, sebuah negara kecil di tengah dataran Afrika Selatan,  menjadi rumah bagi sekira 1.000 Muslim. Persentasenya mencapai sekira 10 persen dari populasi Lesotho.

Bentang alam Lesotho cukup unik karena berada di ketinggian rata-rata 1.800 meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi menyediakan padang penggembalaan yang luas bagi para peternak di negeri yang  hanya memiliki satu negara tetangga, Afrika Selatan, ini.

Bidang Demokrasi, HAM, dan Buruh Departemen Luar Negeri AS dalam laporan kebebasan beragama internasional pada 2005 menjelaskan, tidak ada agama resmi negara di Lesotho. Pemerintah membebaskan warganya menganut agama sesuai keyakinan masing-masing.

Kebijakan dan jaminan kebebasan beragama membuat Muslim di sana leluasa menjalankan kegiatannya. Namun, Kristen menjadi agama mayoritas setelah misionaris Prancis tiba di negara ini.

 

Pemerintah Lesotho juga membebaskan tiap agama mendapat bantuan dari negara manapun. Hanya saja, pemerintah mewajibkan terdaftarnya setiap organisasi keagamaan. Meski begitu, tidak ada hukuman jika pun tidak mendaftarkan organisasi agama. Meski sedikit, Muslim Lesotho memiliki organisasi Lesotho Muslim Association.

 

Sejarah

Di laman South African History Online, Franco Frescura menulis, berbagai macam suku Sotho menghuni Tanah Basutho dan Free State pada abad ke-17. Pemimpin komunitas tersebut, Raja Moshoeshoe I, berhasil mempersatukan semua suku dan melawan invasi suku Zulu.

Tanah Basotho melakukan kontak pertama kali dengan Eropa pada 1833. Raja Moshoeshoe I mengizinkan tiga misionaris Prancis untuk  mendirikan pusat misi di Morija. Setelah itu, imigran Eropa lainnya, Belanda, mulai masuk.

Pada 1836, Voortrekkers menduduki sebagian wilayah suku Basotho  dan memisahkannya menjadi area otonom, Orange Free State. Atas  mediasi Koloni Inggris yang berada di Cape, Basotho, dan Voortrekkers berhasil menemukan jalan keluar. Pada 1959, Tanah Basotho menjadi bagian Koloni Inggris dan berhasil memerdekakan diri pada 4 Oktober 1966.

Kanal komunikasi lintas agama, Patheos, mengungkap, negara seluas 30.355 kilometer persegi ini dihuni oleh sekira 1,9 juta jiwa dengan mayoritas Kristen.

Jika pemeluk Katolik bisa mudah ditemui di semua wilayah, komunitas Muslim lebih banyak ditemui di Distrik Butha-Buthe, Leribe, dan Berea yang berada di utara Lesotho. Warga Muslim ada sekira seribu jiwa. Jumlah ini fluktuatif karena ada pula Muslim Lesotho yang beremigrasi ke Afrika Selatan karena biaya hidup yang lebih murah dan keamanan yang lebih terjamin.

Masjid kecil

Komunitas Muslim Lesotho memiliki tujuh masjid kecil, selevel mushala. Mereka dibantu Kedutaan Besar Libya untuk bisa  membangun masjid yang lebih besar, pusat pelatihan, dan madrasah. Akan tetapi, mereka  mengaku kesulitan mewujudkannya karena terhambat urusan birokrasi.

Rencananya, pada Oktober 2009, komunitas Muslim Lesotho akan membangun sebuah masjid, aula komunitas, madrasah, dan rumah imam masjid di sebuah kompleks pusat perbelanjaan di Maseru. Pemerintah Lesotho juga sudah memberi hibah tanah seluas 30 ribu meter persegi untuk itu.

Meski tak ada masjid, Maseru memiliki beberapa tempat ibadah kecil bagi umat Islam dan letaknya memang tersebar. Di Ladybrad, Afrika Selatan, yang merupakan wilayah terdekat dengan Lesotho, ada sebuah masjid yang sering dikunjungi Muslim Lesotho. Meski terletak di Afrika Selatan, masjid itu menjadi bagian penting Muslim Lesotho karena mereka ikut membantu dana operasionalnya.

Sebelumnya, Pemerintah Libya juga pernah menawarkan bantuan untuk pembangunan masjid di Maseru. Namun, karena ada perbedaan sikap politik di internal Pemerintah Lesotho, rencana itu tak pernah berbuah hasil.

Komunikasi antara Muslim Lesotho cukup kuat. Itu lantaran jumlah mereka yang masih sedikit meski jumlahnya terus meningkat.

Sai Orhan, dalam “An Unusual Country: Lestho” di Todays Zaman, menulis, di ibu kota Lesotho, Maseru, mayoritas Muslim merupakan pendatang dari India dan Pakistan. Mereka bekerja sebagai pedagang. Tak ada satu masjid pun yang bisa ditemui di  ibu kota negara bekas wilayah jajahan Inggris dan merdeka pada 1966 itu.

Menurut catatan Islamic Finder, hanya ada beberapa tempat kegiatan komunitas Muslim di Lesotho. Di Maseru, ada Moosa Group of Companies dan Maseru Islamic Institute. Di Leribe, pusat kegiatan umat Islam berada di Lesotho Islamic Center, Madina Masjid, dan Maputsoe Anwary Junior School. Di Butha-Buthe ada Lesotho Muslim Congregation.

Semua Muslim di Lesotho adalah Muslim Suni. Mereka tidak menerapkan sistem syariah dan berupaya menekan segala kegiatan yang mencurigakan dan dianggap ekstrem.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement