Jumat 29 Jun 2018 08:41 WIB

Halaqah Kiai dan Nyai Perkuat Jihad Lawan Radikalisme

Halaqah ini bertujuan untuk memperkuat jihad melawan radikalisme di media sosial.

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Halaqah Nasional Kiai Pondok Pesantren (ilustrasi)
Foto: Republika/Damanhuri Zuhri
Halaqah Nasional Kiai Pondok Pesantren (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pusat Studi Pesantren (PSP) menggelar halaqah para kiai dan nyai pengelola pesantren di Jawa dengan tema "Pesantren dan Sosial Media: Jihad Melawan Radikalisme dan Terorisme", di Bogor, Kamis (28/6). Halaqah ini bertujuan untuk memperkuat jihad melawan radikalisme di media sosial.

Salah satu peserta halaqah dari Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara IAIN Surakarta, Zainal Anwar, mengatakan bahwa sekarang sudah saatnya bagi para penggawa pesantren untuk "keluar kandang" membimbing masyarakat untuk hidup rukun dan guyub. Sebab, selama ini pesantren belum banyak memberikan konter narasi untuk melawan radikalisme sehingga ke depannya perlu memperkuat jihad di media sosial.

“Radikalisme dan terorisme selama ini terus disangkakan sebagai bagian dari pengajaran Islam, dan pesantren belum banyak memberikan konter narasi untuk ini. Para punggawa pesantren perlu meluruskan anggapan itu agar kita bisa hidup rukun dan guyub,” ujar Zainal salam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (29/6).

Sementara itu, peserta dari pesantren Darul Hikmah di Pandeglang, Banten, Ruf’ah, mengatakan bahwa halaqah ini sangat penting untuk dilakukan. Apalagi, saat ini pesantren kerap dicurigai sebagian pihak sebagai ladang persemaian radikalisme dan terorisme. “Padahal kan tidak,” ucapnya.

Kendati demikian, dia mengaku dugaan sebagian pihak tersebut menjadi beban tersendiri baginya. Dia pun bersyukur dapat terlibat dalam halaqah yang mempertemukannya dengan banyak kiai dan nyai lainnya dari kalangan pesantren. “Setelah ini kita harus perbanyak silaturahim ke mereka (pihak yang menduga pesantren mengajarkan radikalisme dan terorisme)," katanya.

Pendiri PSP, Achmad Ubaidillah, menjelaskan, kegiatan halaqah ini dimaksudkan untuk mempererat silaturahim antarsesama pengelola pesantren sekaligus untuk menguatkan barisan dalam menjaga NKRI dari bahaya radikalisme dan terorisme.

Menurut dia, halaqah ini dapat menambah pengetahuan terkait radikalisme dan terorisme sekaligus skill untuk secara bersama-sama melakukan perlawanan yang efektif guna meredam, atau bahkan menghilangkan, radikalisme dan terorisme. “Terlaksananya kegiatan ini berangkat dari visi besar PSP, yakni membangun dan merawat silaturahmi antarsesama kiai, nyai, serta pengelola pesantren,” katanya.

Halaqah bersama kiai dan nyai pengelola pesantren ini bukanlah gelaran pertama yang dilakukan oleh Pusat Studi Pesantren. Sebelumnya, lembaga yang berdiri sejak 2007 ini telah menggelar halaqah serupa sebanyak dua kali di Bogor, masing-masing pada Agustus dan Desember 2017.

Dari dua halaqah tersebut, terkumpul puluhan alumni dari kalangan kiai dan nyai yang telah siap dengan program masing-masing. Program itu bertujuan untuk menggerakkan pesantren sebagai motor perlawanan terhadap radikalisme dan terorisme. PSP juga aktif dalam melakukan penguatan literasi di pesantren. Tercatat hingga saat ini, PSP telah melakukan penguatan literasi tersebut kepada 600 santri dari 100 pesantren di delapan provinsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement