Jumat 22 Jun 2018 07:00 WIB

Seperti Apa Tradisi Idul Fitri di Zanzibar?

Hampir 1,3 juta penduduk Zanzibar adalah Muslim.

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana tradisi Idul Fitri di Zanzibar
Foto: Nytimes
Suasana tradisi Idul Fitri di Zanzibar

REPUBLIKA.CO.ID, ZANZIBAR -- Lokasi geografis Pulau Zanzibar yang berada di sebuah kepulauan dari pulau-pulau semi-otonom di lepas pantai Tanzania telah menciptakan suatu dinamika religius yang menarik. Dilansir dari Nytimes, meskipun mayoritas dari 55 juta penduduk Tanzania adalah Kristen, hampir 1,3 juta penduduk Zanzibar adalah Muslim.

Perayaan Idul Fitri dimulai minggu lalu dan berakhir pada Selasa (19/6). Ally Saleh, anggota partai oposisi dari parlemen Tanzania biasanya menghabiskan hari-harinya di daratan, mewakili konstituen Zanzibari-nya. Tetapi ketika Idul Fitri telah dekat, Saleh akan berlibur, menghabiskan malam yang panas di kamar gelap di bawah kipas angin, mengobrol dengan keluarganya ditemani secangkir kopi yang dibuat istrinya, yang diseduh dengan kayu manis, kapulaga dan jahe.

"Idul Fitri di Zanzibar itu unik, karena kami terisolasi. Sehingga kami dapat mempertahankan beberapa tradisi yang biasanya telah memudar di kota-kota besar," kata Saleh, yang berusia 50 tahun.

Baca: Mengintip Menu Khas Idul Fitri di Saudi

Putrinya, Rifkah, seorang wanita berusia 20 tahun yang tampaknya mengenal semua orang di kota, sangat gembira. Dia bertindak sebagai pemandu perayaan, memimpin para wartawan meskipun berada di gang-gang sempit di Kota Batu, Zanzibar. Melewati dinding putih dan pintu kayu melengkung Zanzibar, abaya gelapnya, mengepul di belakangnya.

Pada hari-hari sebelum Idul Fitri, sisi jalan Kota Batu yang teduh, dipenuhi dengan pria-pria yang mengecat dinding, pintu, dan kursi. Pengecatan dilakukan pada dasarnya apa pun yang akan kering ketika waktu lebaran tiba. Di rumahnya, Rifkah memperingatkan pengunjung untuk tidak menyentuh pintu kamar mandi karena baru saja dicat biru muda. "Kamu harus membuat semuanya segar dan baru untuk lebaran," Rifkah menjelaskan.

Ibu Rifkah telah memanggang kue Idul Fitri, yang diisi dengan selai kurma, dua hari sebelumnya. "Pada malam sebelum Lebaran, listrik biasanya padam karena semua orang menggunakan oven mereka untuk memasak untuk perayaan Idul Fitri," kata Rifkah.

Selain itu banyak wanita di Zanzibar menggunakan henna pada saat Idul Fitri. Henna dapat diperoleh di salon henna Zanzibar, yang biasanya berbasis di rumah orang-orang. Rumah tersebut dipenuhi dengan wanita yang duduk diam sementara henna di tangan dan kaki mereka berangsur-angsur mengering. Tukang cukur juga penuh pada hari-hari menjelang Idul Fitri. Para lelaki memangkas dan bercukur agar terlihat segar di hari yang fitri.

Warga Zanzibari lain berebut untuk menyiapkan pakaian mereka. “Anda harus membeli baju baru untuk Idul Fitri,” kata Rifkah sambil memimpin jalan menuju Pasar Darajani, distrik perbelanjaan pusat, pada salah satu malam terakhir sebelum Idul Fitri.

Warung-warung terlihat terang benderang. Para wanita mengais tumpukan tas tangan, kalung berkilauan, dan juga pakaian dalam.  “Saya membeli pakaian Idul Fitri saya dua minggu lalu,” kata Rifkah sambil tertawa.

Saat matahari mulai tenggelam di langit pada hari terakhir puasa, keluarga Saleh berkumpul di teras luar. Mereka susuk di atas tikar serat warna-warni untuk berbagi makanan terakhir saat Ramadhan. Seperti yang diantisipasi, listrik padam pada malam itu.  "Terlalu banyak kompor yang dinyalakan untuk memasak makanan lebaran!" kata Saleh.

Di seberang kota, pandangan ditujukan ke atas, menunggu untuk melihat bulan sabit. Dalam tradisi Islam, penampakan seperti itu menandakan bahwa puasa Ramadhan berakhir. Sebuah ledakan meriam akan terdengar. Ini pertanda dari ulama kota bahwa Idul Fitri telah dimulai. Teriakan kegembiraan pun akan bergema di sekitar lingkungan.

Keesokan paginya, ratusan Zanzibaris berkumpul di sebuah lapangan besar di pusat kota untuk shalat Ied. Kemudian, meriam kembali di ledakan. Kali ini, itu pertanda untuk anak-anak di kota Batu melancarkan aksinya.

Mereka berlari dari pintu ke pintu, mengetuk dan meminta uang, yang mirip seperti tradisi trick or treat di Amerika Serikat. Di jalan-jalan Kota Batu, terlihat anak-anak kecil yang mengenakan jubah putih (kanzu) dengan topi (kofia) yang terlihat kegirangan menerima uang yang diberikan oleh para orang tua. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement