Senin 11 Jun 2018 16:24 WIB

Sukainah Binti Husein, Kecemerlangan Cicit Rasulullah

Pemberian nama Sukainah karena ia dipandang sosoknya yang tenang dan damai.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dalam khazanah keislaman, keterlibatan Muslimah kerap mengisi setiap ruang kehidupan. Mereka berperan mulai di bidang politik, sosial, ekonomi, budaya, hingga sastra.

Namun, tak semua peran mereka tercatat secara rapi, sehingga jarang yang mengetahuinya. Umar Ridha Kahala menulis buku khusus tentang ulama-ulama perempuan dalam dunia Islam dan Arab berjudul A'lam ai-Nisa' fi Alamay al- Arab wa al-Islam yang terdiri dari tiga jilid.

Salah satu ulama perempuan yang tak banyak diketahui perannya, yaitu Sukainah binti Husein. Ia merupakan tokoh perempuan terkemuka pada zamannya dan merupakan cicit dari Nabi Muhammad SAW.

Ia sering memberikan kuliah umum di hadapan para ulama baik perempuan maupun lakilaki di Masjid Umawi. Ia lahir pada tahun 47 Hijriyah dan wafat pada 5 Rabiul Awal tahun 117 Hijriyah di Kota Madinah. Nama Sukainah, sebagaimana dikutip dari ganaislamika.com, merupakan pemberian dari ibunya dari sebelumnya bernama Aminah.

Pemberian nama Sukainah karena ia dipandang sosoknya yang tenang, damai, dan bermartabat. Ayah dari Sukainah adalah Husein bin Ali bin Abi Thalib dan ibunya Rubab binti Amra bin Qais. Oleh ayahnya, Sukainah di sebut sebagai seorang yang memiliki kecintaan sangat tinggi kepada Allah. Hal tersebut ia sampaikan ketika Hasan Mutsanna, putra Hasan bin Ali mendatangi ayah Sukainah.

photo
Infografis Puasa Rasulullah

Ia meminta agar menikahkan dirinya dengan salah satu dari kedua putrinya. Ayah Sukainah berkata: "Aku memilih Fatimah untukmu karena mirip kepada ibuku (Sayidah Fatimah az-Zah ra) dalam bidang agama. Ia melewati malamnya dengan shalat Tahajud, dan dari sisi kecantikan ia tidak kalah dengan bidadari. Adapun putriku Sukainah, ia tenggelam dalam cinta Allah. Ia tak layak untuk hidup bersama seorang laki-laki."

Syahblanji dalam kitab Nurul-Abshar disebutkan bahwa Sukainah sebagai sosok yang memiliki kecantikan. Kecantikan tersebut makin sempurna karena dipadukan dengan tata kramanya yang baik serta kefasihannya sangat tinggi.

Ayahnya juga sempat mengungkapkan kecintaannya kepada Sukainah dan istrinya. Ia berkata: "Demi dirimu aku bersumpah, aku sangat menyukai rumah yang di dalamnya Sukainah dan Rubab. Aku amat mencintai keduanya, dan banyak memberikan hartaku pada keduanya, serta tidak peduli dari celaan orang. Meski orang-orang mencelaku, aku tidak akan mengikuti mereka selama aku hidup, hingga aku terbaring di dalam tanah."

Dalam rentang 70 tahun masa hidup Sukainah disebutkan bah wa ia tak lepas dari gejolak politik saat itu. Bahkan, ada informasi-informasi yang menulis tentang dirinya dengan tujuan menyudutkan Sukainah.

Di antara pendapat yang menyudutkan Sukainah adalah tentang hijab. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Sukainah tidak berhijab. Padahal, hijab merupakan simbol Muslimah pada zaman itu dimana tidak mungkin dilakukan oleh Sukainah.

Namun, dari informasi-informa si yang menyudutkan Sukainah, sebuah artikel yang dimuat di Gana Ismalika membantahnya. Bahkan Sukainah disebut sejak kecil sudah mampu menyampaikan pendapat strategis guna melindungi kehormatan Nabi Muhammad.

KH Husein Muhammad dalam artikelnya tidak meragukan ke tokohan seorang Sukainah. Ia menyebutkan, Sukainah mempunyai pemikiran cemerlang di tambah dengan budi pekerti yang baik. Sukainah dikenal juga sebagai tokoh kebudayaan pada zamannya. Bahkan rumah Sukainah dikisahkan sebagai tempat pusat aktivitas budayawan dan penyair saat itu.

Melihat jejak Sukainah, Kiai Husein memandang Sukainah se bagai tokoh perempuan yang pe ting untuk diambil pelajaran dari sosoknya. Menurut Kiai Husein, meskipun tokoh perempuan tak sebanyak laki-laki, peranannya tak bisa dinafikan. Kiai Husein berpendapat satu atau dua perempuan sudah cukup membuktikan bahwa mereka mem punyai intelektual, kualitas, serta moral yang tidak selalu dianggap rendah dibandingkan laki-laki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement