REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Silap bahasa kadang membuat berbeda bahkan berbeda arti dan pengertian. Bisa saja dalam sebua kelompok masyarakat menyebut istilah itu dengan arti yang sama, tapi mungkin saja di kelompok atau suku masyarakat lain diartikan berbeda. Beda kata malah berbeda arti dan kadang tidak berhubungan sama sekali.
Guru Besar Filsafat Universutas Paramadina dan sekaligus penyair sufi, Prof Abdul Hadu WM, mencontohkan kondisi itu. Di antaranya adalah soal isitilah dari penggunaan kata ‘Jawa’ dan ‘Jawi’. Pada orang Jawa memang kedua kata sama saja. Jawi adalah bahasa ’tinggi’ (kromo alus) untuk menyebutkan kata Jawa.
“Di kalangan orang Melayu tak dikenal kata-kata piyantun Jawi atau tyang Jawi, yang artinya orang Jawa. Di dalam bahasa Melayu orang Jawa disebut orang Jawa. Tetapi kata-kata 'Jawi' juga digunakan untuk meyebut aksara yang digunakan orang Melayu dari abad ke-14 s/d 20 M untuk menulis teks-teks keagamaan, keilmuan dan sastra,’’ kata Abdul Hadi, kepada Republika.co.id (1/6).
Yang disebut, lanjutnya, aksara Jawi jelas bukan huruf Jawa (abjad Ha Na Ca Ra Ka dst), melainkan aksara Arab Melayu. Di Jawa dan Madura aksara ini disebut aksrara Arab Pegon atau Arab Gundul.
‘’Lalu kenapa aksara Arab Melayu disebut aksara Jawi? Karena penyusun aksara ini ialah Syekh Jawini. Syekh ini adalah guru bahasa yang hidup pada akhir abad ke-13 di Samudra Pasai, Aceh. Dialah yang mempelopori penulisan karangan-karangan berbahasa Melayu dengan menggunakan aksara yang disebut huruf Jawi,’’ ujarnya. (Hal yang sama juga kini terjadi di Pakistan di mana huruf Arab dipakai untuk menulis kata dalam bahasa Urdu).
Tetapi di negeri Arab, kata Abdul Hadi, sebutan Jawi dan Jawa bertumpang tindah. Semua orang Nusantara disebut Jawi. Bahkan istilah ini kerap dipakai bahan candaan atau guyonan ringan.
“Mendiang Gus Dur dahulu pernah berkelakar. Katanya untuk membedakan orang Jawi yang berasal dari Jawa dengan mereka yang datang dari Sumatra dan Malaysia ialah dengan menyebut Jawi al-Mriki untuk orang Jawa dan Jawi al-Mriko untuk yang datang dari Sumatra,’’ ungkap Abdul Hadi seraya menyatakan bila orang Arab umumnya menyebut orang Asia Tenggara sebagai Jawi.
Menurut Abdul Hadi, memang kata Jawi berasal dari nama penyusun abjad Arab Melayu. Sedangkan nama Jawa itu berasal dari kata 'Juwawut'. Di pulau Jawa kata juwawut artinya jelai. Orang India mengartikannya padi.
"Namun, adanya sebutan kalimat Jawi yang dikatakan orang Arab untuk menyebut orang asal Asia Tenggara itu, juga menunjukkan hebatnya hubungan Melayu dan Islam.'' kata Abdul Hadi lagi.
Selain itu dalam dunia masa kini, istilah Jawa sebagai juga mulai dikenal ada persamaan yang lain. Di dalam dunia pemograman komputer kini ada yang memakai memakai nama 'Java' (Jawa).
Mengutip Wikipedia, Jaffa atau Yafo (bahasa Ibrani: יפו, Yafo; Arab: يَافَا, juga disebut japho atau joppa), adalah bagian selatan dan tertua dari Tel Aviv-Yafo, sebuah kota pelabuhan kuno di Israel.
Ibu kota Israel, Tel Aviv,itu juga mendapat penyebutan dengan nama yang ketika dilafalkan seperti seperti 'Jawa', yakni Jaffa'. Apalagi memang kota ini juga memiliki komunitas Arab (Palestina) yang cukup besar. Komunitas Arab terutama berada di wilayah Yafo atau Jaffa.