REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di zaman yang serba modern, pengelolaan masjid dituntut lebih profesional. Tak hanya dalam memberikan pelayanan kepada jamaah, profesionalisme juga harus ditunjukkan dalam pengelolaan keuangan.
"Kalau enggak dicatat untrust nanti. Akan muncul ketidakpercayaan jamaah atau umat," kata Ketua Institut Keuangan Masjid Absar Jannatin kepada Republika, Sabtu (26/5).
Institut Akuntansi Masjid bekerja sama dengan Republika melatih pengurus masjid memahami prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan mencatat transaski keuangan masjid yang benar. Keduanya bekerja sama menyelenggarakan Pelatihan Akuntansi Masjid yang diselenggarakan Sabtu (26/5) di Kantor Harian Republika.
"Kita melatih acara pengurus masjid untuk paham mengerti dan bisa mencatat transaksi keuangan masjid yang benar, sesuai standar akuntansi," kata Absar.
Menurut Absar, pelatihan itu sudah diselenggarakan sebanyak 10 kali. Para peserta datang dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Dalam pelatihan ini, para peserta dilatih melakukan pencatatan transaksi keuangan menggunakan aplikasi Masjid Pro. Aplikasi ini telah diperkenalkan di sekitar 800 masjid. Hingga saat ini sudah lebih dari 100 masjid menggunakan aplikasi ini.
Dengan pencatatan transaksi yang baik, Absar berharap pengelolaan keuangan masjid dapat dilakukan dengan lebih transparan dan akuntabel. "Karena sifatnya kan online. Jadi kita menggiring kepada pengurus masjid untuk memberikan pelaporan setransparan mungkin dan seakuntabel mungkin. Kita punya motonya itu transparan dan akuntabel," ujar dia..
Penggunaan teknologi juga menjadi penanda bahwa masjid telah terbuka pada perkembangan zaman. Teknologi seperti Masjid Pro membantu pengurus memberikan pelaporan keuangan secara real time.
Aplikasi ini juga dapat mengantisipasi terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan. Dengan menggunakan sistem multichecking, dana tidak dapat dicairkan tanpa persetujuan pimpinan dan pengelola terkait. Sistem ini diharapkan dapat mengurangi potensi korupsi.
"Dengan adanya pencatatan secara online dan dengan cara yang benar akan membangun kepercayaan publik atau jamaah kepada masjidnya," kata Absar.
Absar mengatakan,aplikasi Masjid Pro sebenarnya telah dibuat sesederhana mungkin. Aplikasi ini diharapkan agar dapat dipakai oleh orang yang awam dengan prinsip akuntansi sekalipun.
Namun, ia mengakui selama ini masih banyak peserta yang mengalami kendala dalam mengaplikasikan Masjid Pro. Banyak pengurus tidak memiliki latar belakang ilmu akuntansi, sehingga masih banyak yang perlu beradaptasi dengan istilah-istilah yang digunakan.
Oleh karena itu, ia terus memberikan bimbingan dan asistensi bagi peserta. "Targetnya dia harusnya mengimplementasikan apa yang dipelajari hari ini," ujar dia.
Dari para peserta yang hadir, beberapa di antaranya kembali mengikuti pelatihan. Ada pula yang mengirim pengurus lain untuk belajar.Absar mengatakan agar para pengurus masjid meninggalkan cara-cara pencatatan transaksi keuangan lama dan berpindah ke pencatatan yang baru.
Salah seorang peserta dari Masjid Baiturrahim Kemayoran Yayat Herdayatna mengatakan pengurus yayasan telah menggunakan aplikasi Masjid Pro selama sekitar setahun. Namun, banyak yang belum menguasai aplikasi tersebut.
Saat ini, dirinya dipindahkan dari bendahara remaja ke bendahara yayasan. Bersama tiga orang lainnya, ia pun didelegasikan untuk mengikuti pelatihan tersebut.
"Di Masjid Baiturrahim sekarang ada transisi pengurus yang baru. Tadinya di bendahara remaja. Sekarang diminta supaya ikut di pengurusan yang baru. Sekarang diikutkan pelatihan penggunaan program Masjid Pro," kata Yayat.
Melalui pelatihan ini, ia berharap pencatatan akan dilakukan dengan lebih baik. Ia mengakui masih ada beberapa kesulitan dalam proses pencatatan, terutama bagaimana memasukkan transaksi ke dalam pos-pos yang tepat.
"Agak sedikit musti digali lagi agar kita lebih tahu ke mana pos-pos masuknya. Enggak terlalu asing. Cuma harus apalin pos-posnya," ujar dia.
Secara keseluruhan, program ini membuat pencatatan dilakukan dengan lebih cepat dan alur lebih jelas.Ia mengakui profesionalisme dalam pengelolaan keuangan masjid akan meningkatkan kepercayaan jamaah.
"Kalau saya kan masjidnya masjid kompleks perumahan. Memang sebagian kritis. Selalu ada yang ditanyakan laporan keuangannya, cuma hari jumat aja. Harusnya ada yang ditempel tiap bulanan," ujar dia.