REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Aktivitas bulan puasa Ramadan 1439 Hijriah tengah dijalankan masyarakat Indonesia. Berbagai aktivitas keagamaan dan tradisi terus digalakan di bulan yang penuh rahmat. Salah satu yang sering menjadi tradisi masyarakat Indonesia saat Ramadan adalah menunggu berbuka alias ngabuburit.
Banyak cara yang dilakukan masyarakat saat ngabuburit. Salah satunya adalah dengan belajar memanah yang dilakukan komunitas memanah Al Fatih Archery Soreang, di halaman Masjid Al Fathu di Jalan Raya Al Fathu Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Kegiatan olahraga memanah yang menjadi salah satu sunah Rasullulah Muhammad Saw ini melatih konsentrasi dan kesabaran. Tidak hanya itu, pemanah dituntut untuk tidak sombong ketika anah panahnya tepat mengenai sasaran yang diinginkan.
"Olahraga ini mengajarkan agar tidak sombong ketika tepat sasaran dan tidak putus asa ketika tidak tepat sasaran. Saya katakan olahraga ini memperbaiki ahlak si pemanahnya itu sendiri," ujar Sekretaris Komunitas Al Fatih Archery Kabupaten Bandung, Faza Fadhilah Hunsan (19), Kamis (17/5).
Komunitas yang beranggotakan puluhan orang tersebut biasa berlatih dan berkumpul di halaman Masjid Al Fathu Soreang pada Sabtu dan Rabu. Termasuk menjalin dan mempererat tali silaturahmi.
"Komunitas ini terbentuk beberapa tahun lalu. Anggotanya ada puluhan orang tersebar di Kabupaten Bandung. Hari ini saya sengaja sambil ngabuburit nunggu tibanya waktu buka puasa sambil berlatih memanah," katanya.
Dalam kegiatan memanah terdapat beberapa aturan seperti tidak boleh mengacung-ngacungkan anak panah ke atas. Namun, anak panah harus dipegang dengan posisi mata panah kebawah serta tidak boleh memanah dalam keadaan di depan papan target ada orang atau apapun mahluk hidup yang melintas.
Faza menambahkan, dalam olahraga memanah biasanya terdapat dua jenis busur yang digunakan yaitu tradisional dan modern. Busur modern biasanya terbuat dari bahan fiber atau campuran antara kayu, tanduk dan fiber.
"Bedanya kalau yang modern itu kan sudah pakai teleskop untuk akurasi lesatan panahnya. Nah kalau seperti yang saya pakai ini tradisional tanpa teleskop," katanya.
Faza melanjutkan, hobinya berolahraga memanah ini digelutinya sejak beberapa tahun terakhir ini. Termasuk membuat busur dan menjualnya. "Biasanya saya bikin busur disesuaikan dengan tinggi badan pembelinya. Kalau busurnya biasa saya jual Rp 700 ribu, kalau anak panahnya satu Rp 75 ribu satu jadi kalau 12 anak panah itu saya jual Rp 800 ribu," katanya.