Rabu 09 May 2018 10:39 WIB

Kemenag Katalogisasi Naskah Keagamaan Cirebon

Naskah itu sebagian besar beraksara Pegon, dan berbahasa Jawa Cirebon.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag  Prof Dr Abdurrahman Mas’ud PhD.
Foto: Dok Kemenag
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Prof Dr Abdurrahman Mas’ud PhD.

REPUBLIKA.CO.ID,  Sebagai pusat peradaban Islam di nusantara, Cirebon memiliki tradisi keislaman yang kuat. Para leluhur Cirebon pun sudah mewariskannya secara tertulis dalam bentuk naskah kuno. Namun sayang, selama ini tak ada katalog yang menghimpun keberadaan naskah kuno yang memang tersebar di berbagai lokasi. Akibatnya, kekayaan warisan leluhur Cirebon yang tak ternilai harganya itu menjadi sulit untuk diketahui secara utuh.

 

Untuk itulah, Badan Litbang Kemenag RI melakukan katalogisasi naskah keagamaan Cirebon. Katalogisasi itu secara resmi diluncurkan oleh Kepala Badan Litbang Kemenag RI, Abdurrahman Mas'ud, di Kota Cirebon, Selasa  (8/5).

 

"Dengan katalogisasi, maka naskah keagamaan Cirebon jadi lebih mudah diakses oleh peneliti, mahasiswa, dosen dan masyarakat umum," ujar Abdurrahman.

 

Abdurrahman mengungkapkan, Cirebon dan berbagai daerah lainnya di nusantara memiliki kekayaan naskah manuskrip yang luar biasa. Namun, banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya.

 

Menurut dia, selain membantu mempermudah akses terhadap naskah kuno, katalogisasi ini juga sekaligus menjadi upaya pelestarian kearifan lokal dan kekayaan budaya Tanah Air.

 

Karena itu, pihaknya pun dalam beberapa tahun terakhir gencar memburu naskah-naskah kuno Indonesia. Tak hanya di berbagai daerah, namun perburuan juga dilakukan hingga ke sejumlah negara, seperti Afrika Selatan, Mesir, Turki dan negara-negara tetangga.

 

Sementara itu, Ketua Tim Workshop Katalogisasi Naskah Keagamaan Cirebon, Muhammad Tarobin, menjelaskan, sebelum melakukan katalogisasi, pihaknya terlebih dulu melakukan digitalisasi naskah keagamaan Cirebon pada 2016. Dari total 309 naskah kuno yang didigitalasi itu, yang dilakukan katalogisasi saat ini ada 108 naskah kuno.

 

"Sisanya akan dilakukan pada tahun-tahun mendatang," tutur pria yang juga menjabat sebagai Koordinator Bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balai Litbang Agama Jakarta itu.

 

Tarobin, menjelaskan, naskah keagamaan Cirebon yang dilakukan katalogisasi itu sebagian besar merupakan peninggalan tradisi keraton Cirebon. Menurutnya, naskah keagamaan yang dikatalogisasi kali ini milik lima kolektor. Yakni Keraton Kanoman, Keraton Keprabonan, Elang Muhammad Hilman, Raden Ahmad Opan Safari Hasyim, dan Dokter Bambang dari Arjawinangun.

 

"Naskah itu sebagian besar beraksara Pegon, dan berbahasa Jawa Cirebon," kata Tarobin.

 

Tarobin menambahkan, setelah katalogisasi, maka tahap selanjutnya adalah transliterasi supaya lebih dipahami. Namun, transliterasi itu tidak mesti dilakukan oleh pihaknya melainkan bisa dilakukan oleh siapapun yang mengkaji naskah tersebut. "Jadi, katalogisasi ini seperti pintu untuk melakukan transliterasi," tutur Tarobin.

 

Tarobin mengakui, beberapa lembaga sudah melajukan digitalisasi terhadap naskah-naskah kuno Cirebon. Namun, hingga saat ini belum ada yang melakukan katalogisasi.

 

Tarobin mengatakan, untuk saat ini katalogisasi naskah keagamaan Cirebon itu dibukukan dalam bentuk buku. Ke depan, akan dilakukan secara digital untuk lebih mempermudah aksesnya.

 

Dalam kesempatan yang sama, Ratu Raja Arimbi Nurtina dari Keraton Kanoman Cirebon menjelaskan, naskah kuno mikik Keraton Kanoman yang saat ini masuh tersimpan ada sekitar 500. Dari jumlah itu, yang sudah didata dan digitalisasi oleh Kemenag RI ada sekitar 15 naskah.

 

Arimbi menyebutkan, selama ini naskah kuno milik Keraton Kanoman masih disimpan secara tradisional dalam suhu ruangan. Pihaknya menggunakan rempah-rempah tradisional seperti cengkeh dan kapulaga yang bisa mengawetkan kertas dan melindunginya dari kutu-kutu kertas.

 

"Selain pendataan ulang, kedepan kami juga berencana melakukan digitalisasi dan transliterasi karena keraton jadi tujuan peneliti mulai dari siswa SD hingga perguruan tinggi,"  tandas Arimbi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement