REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meski menciptakan malam sebagai waktu untuk tidur, Allah SWT justru memberikan `iming-iming' keutamaan pahala bagi yang menghidupkan malamnya dengan ibadah. Selain shalat wajib pada waktu malam masih muda, yakni shalat Isya, Allah SWT mengimbau umatnya agar bangun pada sepertiga malam terakhir. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. Sementara, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap. (QS as-Sajadah: 16).
Imam at-Thabari menjelaskan, lambung yang jauh dari tempat tidur bermakna, yakni mereka sibuk berdoa kepada Allah dan beribadah dengan rasa takut dan harap. Menurut dia, lambung seseorang disebut jauh dari tempat tidur apabila ia tak ti dur, sementara orang lain sedang menikmati lelapnya.
Seorang hamba memilih menjauhi tempat tidur untuk bangkit kemudian shalat. Dia menikmati rukuk, sujud, dan berzikir menyebut asma-Nya. Rasulullah SAW bangun pada sepertiga malam terakhir untuk melakukan shalat malam. Nabi yang mulia shalat hingga kakinya bengkak. Bacaannya amat panjang. Dia menghabiskan surah al- Baqarah hingga an-Nisa ketika menyele- saikan satu rakaat.
Apa yang Nabi contohkan ditiru para salafus saleh. Imam Syafii membagi malam menjadi tiga. Bagian pertama untuk menulis, kedua untuk shalat, ketiga untuk tidur. Husain Al Karabisi bercerita mengenai tahajudnya Imam Syafii. Ketika itu, dia melewati malam bersama imam kelahiran Gaza, Palestina, itu. Sang imam membaca Alquran tidak lebih dari 50 ayat.
Jika ingin membaca lebih banyak, dia mem baca 100 ayat. Setiap kali membaca ten tang rahmat, dia memohon kepada Allah SWT untuk dirinya dan kaum muk- minin. Setiap kali dia membaca ayat siksa, dia memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk dirinya dan kaum mukminin. Seakan-akan dia menggabungkan harap dan takut sekaligus.
Demikian Allah menempatkan malam se bagai tantangan untuk manusia. Apakah dia akan terlelap untuk mengikuti kebu- tuhan alaminya atau menjadi orang-orang yang lambungnya jauh dari ranjangnya. Selain diciptakan sebagai pelepas lelah, tidur agaknya difungsikan untuk menyeleksi kualitas orang-orang beriman. Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara ka mu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS al- Mulk: 1-2). Wallahu a'lam.