Sabtu 28 Apr 2018 16:48 WIB

'Hubungan Keluarga di Indonesia Lebih Mulia Ketimbang Saudi'

Keluarga di Indonesia menjujung tinggi arti budaya.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum  Pengurus Besar Nahdlatul Ulama  (PBNU) Said Aqil Siroj (tengah) memberikan keynote speaker didampingi Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PBNU Alissa Wahid (kanan) dan Ketua PBNU Robikin Emhas (kiri) pada acara seminar di Jakarta, Sabtu (28/4).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj (tengah) memberikan keynote speaker didampingi Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PBNU Alissa Wahid (kanan) dan Ketua PBNU Robikin Emhas (kiri) pada acara seminar di Jakarta, Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyebut hubungan keluarga di Indonesia lebih mulia ketimbang di Saudi atau negara barat. Hal ini terlihat dari tata cara pemanggilan dalam sebuah keluarga.

 

Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, keluarga di Indonesia tergolong keluarga maslahah. Artinya, keluarga yang mampu memberikan kebaikan pada seluruh anggota keluarga, dan kebaikan keluarga pada masyarakat agar menjadi umat ideal.

 

"Keluarga Indonesia lebih mulai daripada orang Arab dalam cara membangun sebuah keluarga, contoh memanggil mas, kang atau lain sebagainya," ujarnya saat acara Seminar Penguatan Gerakan Kemashalatan Keluarga demi Ketahanan Bangsa di Hotel Acacia, Jakarta, Sabtu (28/4)

 

Menurutnya, keluarga di Indonesia menjujung tinggi arti budaya. Sementar negara lain baik Saudi atau negara baeat tidak ramah di dalam membangun sebuah keluarga. "Kita harus bangga dan keluarga Indonesia lebih mulia, kita punya budaya yang dibangun dari infrastruktur agama," ucapnya.

 

Kiai Aqil menambahkan, keluarga maslahah mampu mewujudkan melalui berbagai relasi sinergis seperti relasi antara suami dan istri, relasi antara orang tua dan keturunan yang berkualitas, relasi di berbagai pihak sosial seperti keluarga besar, masyarakat, negara hingga dunia. "Jangan sampai kita terpengaruh dengan budaya barat, mereka tidak mengurus dan merawat nama atau akhlak dalam sebuah keluarga," ungkapnya.

 

Untuk itu, dia meminta, agar keluarga Indonesia mampu memiliki beberapa karakter individu muslih atau muslihah seperti kejujuran, bertanggung jawab, tolong menolong, bersikap adik dan konsisten. "Kita harus mampu memperkaya dan mengembangkan hidayah dan ilham," ucpanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement