Kamis 26 Apr 2018 02:42 WIB

Kejayaan Ekonomi Kesultanan Palembang dan Ambisi Raffles

Raffles berhasil menguasai Batavia pada 1811.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
raffles
Foto: en.bestpicturesof.com
raffles

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pada awal masa pemerintahan Machmud Badaruddin II (1804-1821), Kesultanan Palembang mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Penyebabnya antara lain Kompeni mulai melemah memasuki abad ke-19.

Monopoli tidak lagi seketat sebelumnya sehingga pihak kerajaan dapat menjalankan perdagangan bebas.Ekspor Palembang ke Cina, misalnya, mencapai 20 ribu pikul lada dan 27 ribu pikul timah (sa tu pikul setara dengan 61,76 kilogram). Bandingkanlah jumlah tersebut dengan lima ribu pikul lada dan timah ketika VOC masih menggurita.

Belanda terkena imbas ekspansi Prancis di Eropa pada rentang tahun 1808-1811. Di Nusantara, Herman Willem Daen dels yang menjabat gubernur jenderal banyak melakukan perubahan kebijakan, termasuk berkaitan dengan Kesultanan Palembang.

Sistem pembayaran kontan diubahnya menjadi mekanisme utang atau barter dengan beras. Harga timah, salah satu komoditas ekspor andalan Palembang, pun terancam turun.

Situasi yang kurang menguntungkan ini berubah sejak masuknya Inggris pada 1811 ke Nusantara. Menurut Farida dalam artikel Konflik Politik di Kesultanan Palembang (1804-1821), Inggris memandang penting Palembang sebagai lokasi yang strategis di sekitar Selat Malaka. Sir Thomas Stamford Raffles membantu Sultan Machmud Badaruddin II untuk menyingkirkan Belanda dari Palembang.

Raffles berhasil menguasai Batavia pada 1811. Keadaan ini membuat Badarud din II percaya diri untuk lepas dari pengaruh Inggris.Pendirian pos Inggris di Palembang pun ditolaknya.Raffles yang tidak terima dengan keputusan sultan Palembang itu lantas mempersiapkan armada tempur di bawah komando Robert Rollo Gillespie pada 1812.

Tidak cukup dengan kekuatan fisik, Inggris juga berupaya melemahkan internal istana Palembang. Diketahui, hubungan Sultan Badaruddin II dengan adiknya, Pangeran Dipati, tidak berjalan baik.

Saat Inggris menyerang benteng-benteng Palembang di sekitar Sungai Musi, Pangeran Dipati tidak memberikan perlawanan yang berarti.Pengkhianatan ini membuat Sultan Badaruddin II harus mundur ke daerah pedalaman.

Inggris kemudian mengangkat Pangeran Dipati sebagai raja Palembang dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin II. Sebagai imbalannya, Najamuddin II memberikan Bangka dan Belitung kepada Inggris.

Sultan Badaruddin II tidak menyerah. Dia memimpin pasukan untuk memblokade lalu lintas dari daerah pedalaman yang menuju bandar Sungai Musi.Tindakan ini merugikan Najamuddin II dan Inggris.Pada Agustus 1812, basis pasukan Badaruddin II diserang.

Meskipun berhasil, kapten Inggris Meares tewas dalam pertempuran yang dah syat di Muntok. Markas pasukan Badaruddin II berpindah ke Muara Rawas.Di sanalah dia meraup banyak dukungan dari rakyat dan kalangan bangsawan yang tidak menyukai kepemimpinan Najamuddin II.

Pengganti Meares, William Robison, menggunakan pendekatan yang lebih lunak.Pada Juni 1813, mayor Inggris ini be rupaya mengembalikan takhta Palembang kepada Badaruddin II.Najamuddin II pun terpaksa menerimanya. Akan tetapi, Raffles mengecam tindakan Robison ini dan bahkan memecatnya.

Sultan Badaruddin II didesaknya agar pindah ke istana lama di Kuta Lamo.Walau pun demikian, rakyat dan sebagian bang sawan masih mengakui Badaruddin II sebagai pemimpin Palembang yang sebenarnya. Apalagi, kendali atas harta pusaka dan penarikan pajak pun masih di pegang sosok yang bernama asli Raden Hasan Pangeran Ratu tersebut. Najamuddin II tidak lebih dari pemimpin boneka Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement