Rabu 18 Apr 2018 16:03 WIB

Kegaduhan Politik Dinilai Sering Picu Perpecahan

Kegaduhan politik sering memicu perpecahan dan permusuhan yang semakin melebar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Sebanyak 40 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) se-Jawa Barat menggelar silaturahmi daerah di Kampus Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Rabu (18/4).
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Sebanyak 40 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) se-Jawa Barat menggelar silaturahmi daerah di Kampus Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Rabu (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 40 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) se-Jawa Barat menggelar silaturahim daerah di Kampus Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Rabu (18/4). Agenda ini dilaksanakan mulai 18 sampai 20 April 2018.

"Bagi kami, Silatda ini sangat penting mengingat gerakan mahasiswa hari ini sudah semakin menurun. Hal ini sangat berbahaya bagi perkembangan kemajuan berbangsa dan bernegara," ujar Panitia Silatda Koorda BEM PTAI Samsul Anwar, Rabu (18/4).

Samsul mengatakan, hal ini berangkat dari kesadaran dan kebutuhan para presiden mahasiswa untuk membahas internal keorganisasian. Selain itu, juga sebagai ajang berbagi ide guna mencari solusi atas berbagai persoalan kebangsaan. Apalagi menjelang tahun politik 2018-2019.

"Berkaca dari kontestasi politik beberapa tahun ke belakang, isu-isu sensitif--terutama isu agama--sering dijadikan bahan oleh para politisi untuk memuluskan kepentingan mereka," katanya.

Seharusnya, kata dia, semua pihak mendahulukan kepentingan bangsa yang lebih besar. Sebab, kegaduhan politik sering memicu perpecahan dan permusuhan yang semakin melebar sehingga persatuan dan kesatuan bangsa menjadi terabaikan. Apalagi, pemerintah hari ini sedang fokus membangun infrastruktur di berbagai pelosok Indonesia. Namun proses pembangunan ini juga memerlukan dukungan dan pendampingan dari semua pihak.

"Kami sebagai mahasiswa harus aktif terlibat dalam upaya pembangunan ini tentu dengan tanpa mengurangi sikap kritis mahasiswa untuk mewujudkan kejayaan Indonesia," katanya.

Namun, menjelang tahun politik 2018-2019 pembangunan infrastruktur yang begitu masif berpotensi terganggu oleh kepentingan oknum-oknum politisi yang mulai menyebarkan pesimisme terkait masa depan bangsa. Hal ini sangat berbahaya karena secara tidak langsung akan berdampak pada ketidakpastian dan ketidakstabilan kondisi sosial, ekonomi, politik bangsa. "Untuk mencari solusi kebangsaan kami melakukan berbagai upaya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement