REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pulau Lombok yang terkenal seba gai pulau seribu masjid ternyata memiliki sejarah Islam yang cukup tua. Jurnal Lektur Keagamaan yang diterbitkan Puslitbang Balitbang dan Diklat Kementerian Agama mengutip Babad Lombok. Babad itu menceritakan jika pem bawa agama Islam ke Pulau Lombok adalah Sunan Prapen, putra Susuhunan Ratu dari Giri, Gresik. Sunan Prapen mengislamkan penduduk Pulau Lombok lewat ekspedisi militer.
Usai berhasil mengislamkan Lombok, Sunan Prapen melanjutkan perjalanan ke Pulau Sumbawa mengislamkan Taliwang, Seran, dan Bima. HJ de Graaf mengungkapkan, jika informasi dalam Babad Lombok itu bisa dibenarkan, peristiwa itu berlangsung pada pemerintahan Sunan Dalem di Giri, Gresik yaitu antara 1506-1545. Jika mengacu kepada Babad Lombok dan berita dari Duer te Barbosa, agama Islam di Tana Samawa datang dari Gresik sekitar 1518- 1545.
Meski demikian, kapan waktu munculnya pusat kekuasaan Islam (Kesultanan Samawa) belum bisa dipastikan. Lalu, Manca berpendapat, Sultan Harunnurrasyid I yang memerintah 1674-1702 adalah ra ja/sultan pertama dari Dinasti Dewa Dalam Bawa. Dinasti ini muncul setelah Dinasti Awan Kuning dengan rajanya yang terakhir Dewa Maya Paruwa.
Selama keberadaannya, ada 15 sultan yang berkuasa di Kesultanan Samawa. Mulai Sultan Harunnurrasyid I (1674-1702) sampai sul tan ke-15 Muhammad Khairud din III. Da lam struktur birokrasi kasultanan Samawa, pemegang kekuasaan tertinggi pemerintahan adalah sultan. Dia diangkat atas dasar turun-temurun dari dinasti Dewa Dalam Bawa oleh satu lembaga yang dise but Dewan Hadat atau Dewan Hadat Syara. Dalam bahasa Sumbawa, sultan disebut datu mutar. Namun, rakyat menyebut sultan dengan gelar dewa atau dewa mas Samawa.
Gelar dewa adalah gelar yang lazim digunakan untuk golongan ksatria dalam sistem kasta di Bali. Dalam Kidung Pamancangah disebutkan, Pasung Girih, Raja Bedahulu mengirim ekspedisi ke Sambhawa yang pada waktu itu diperintah Dedelanatha. Tak hanya itu, dalam sumber yang sama disebutkan perkawinan cucu perempuan Mpu Kapakisan, seorang Brahmana dari Jawa dengan seorang dari Sambhawa.
Peninggalan Kesultanan Sumbawa pada masa lampau masih bisa disaksikan seka rang. Di Kota Sumbawa Besar, masih berdiri kokoh sebuah bangunan bekas Istana Sultan Sumbawa yang disebut Dalem Loka (Istana Tua) atau disebut juga Bale Rea (Rumah Beasr atau Rumah Raja). Tak jauh dari Dalem Loka, ada Makam Sampar, kompleks makam sultan-sultan Sumbawa dan keluarganya.