Kamis 12 Apr 2018 12:59 WIB

Kebudayaan Terbaik Mendekatkan Umatnya pada Ketakwaan

Banyak dari budaya di Indonesia itu sesungguhnya sejalan dengan ajaran Islam.

Habib Jindan bin Novel bersama Menag Lukman yang tampil sebagai host di gelaran Mengaji di UINSU
Foto: kemenag.go.id
Habib Jindan bin Novel bersama Menag Lukman yang tampil sebagai host di gelaran Mengaji di UINSU

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ulama karismatik Habib Jindan bin Novel mengatakan, kebudayaan yang paling baik diwariskan para leluhur adalah kebudayaan yang mendekatkan umatnya pada ketakwaan. "Sesungguhnya kita semua sama lahir dari Adam, keturunan Adam dan kembali ke tanah. Yang paling mulia di mata Allah adalah orang yang paling bertakwa. Kebudayaan dan adat istiadat ada yang baik dan buruk. Kebudayaan yang terbaik itu adalah yang paling dekat dengan ketakwaan dan budaya yang terbaik adalah yang diwariskan oleh Rasul," ujar Habib Jindan dalam gelaran Mengaji (Mengasah Jati Diri Indonesia) di kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan, Rabu (11/4) malam.

Menurut dia, budaya yang bertentangan dengan nilai keagamaan adalah budaya mencaci, mencuri, bermusuhan, dan sebagainya. Ia menambahkan, banyak kerajaan di Indonesia berdiri dan terbentuk bukan dengan kudeta, melainkan dengan kebudayaan yang bermuara pada ajaran Islam.

"Sebab, Islam dapat menampung kebudayaan di Indonesia. Kalau kita teliti ulama yang mengajar di Makkah dan Madinah banyak dari mereka yang mengambil keilmuan dari bumi Indonesia. Jadi, kebudayaan dan ajaran Islam di Indonesia sangat luar biasa. Banyak dari budaya di Indonesia itu sesungguhnya sejalan dengan ajaran Islam, misalnya, berakhlak, berbagi dengan sesama, dan kasih sayang," katanya.

Habib Jindan, putra Habib Novel bin Salim bin Jindan Bin Syekh Abubakar, adalah salah seorang ulama yang terkenal di Jakarta. Ia juga dikenal sebagai penerjemah bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang andal.

Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan lahir di Sukabumi tanggal 21 Desember 1977 atau bertepatan dengan 10 Muharram 1398 Hijriyah. Dia adalah dai, ulama, dan pimpinan Yayasan Al Fachriyah, Tangerang, Banten. Dia juga cucu dari Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, seorang pejuang dakwah di Betawi pada tahun 1906-1969 yang berjuluk Singa Podium.

Mengasah Jati Diri Indonesia (Mengaji) kedua ini mengusung tema "Kita Berindonesia, Kita Berbudaya". Kegiatan ini sebelumnya sukses digelar di UIN Sunan Ampel, Surabaya, pada Maret 2018.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kembali tampil sebagai host dalam Mengaji Indonesia kedua ini. Yang tampak hadir adalah Direktur PTKI Arskal Salim; Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Mastuki; Staf Khusus Menag Hadirahman; Staf Ahli Menag Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Oman Faturrahman; perwakilan Gubernur Sumut; alim ulama; segenap civitas academica UINSU; dan pejabat serta ASN Kanwil Kemenag Sumut.

sumber : kemenag.go.id

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement