Senin 09 Apr 2018 15:12 WIB

Din Syamsuddin Promosikan Islam Moderat Indonesia ke Dunia

Konsep Islam wasathiyyah dianggap sangat cocok dengan kondisi Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin
Foto: RepublikaTV/Fakhtar Khairon Lubis
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekitar 100 cendikiawan Muslim dari dalam dan luar negeri akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam Wasathiyyah. Kegiatan ini akan diselenggarakan pada 1-3 Mei 2018 di Bogor, Jawa Barat.

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban Din Syamsudin mengatakan, pertemuan ini untuk mempromosikan Islam rahmatan lil alamin kepada masyarakat luar negeri dan dalam negeri. Sekaligus akan membahas mengenai konsepsi dan implementasi Islam yang Wasathiyyah (jalan tengah yang adil).

"Sejatinya Wasatiyyah menekankan jalan tengah, menyelesaikan masalah dengan konsultasi, berpegang pada prinsip kebenaran, dan dinamika serta kemajuan dalam peradaban Islam dunia," ujarnya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (9/4).

Tentu bukan sekadar dengan kriteria moderat, toleran, dan tenggang rasa semata. Namun, perlu prinsip baru yang benar-benar mencirikan Islam sehingga kecenderungan ekstremis, radikalis, dan sifat negatif lainnya bisa teratasi bersama-sama.

"Kami akan sampaikan pesan Islam ke semua piahk, mengutamakan Islam Wasathiyyah yang menjadi ciri khas umat Islam. Sehingga dunia Islam tidak keliru," ucapnya.

Dengan konsep yang akan dibangun secara bersama, Din berharap, KTT ini mampu mengatasi krisis peradaban global yang oleh banyak pakar disebut bahwa dunia ini sedang mengalami ketidakteraturan, ketidakpastian, dan mengakibatkan banyak kerusakan. "Nantinya setelah kegiatan ini, kami akan melakukan beberapa kegiatan di luar negeri dengan mempromosikan kerukunan umat beragama dari pengalaman di Indonesia," ungkapnya.

Menurut Din, konsep ini pun sejatinya telah dibahas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah nasional. Islam wasathiyyah dianggap sangat cocok dengan kondisi Indonesia yang memiliki keberagaman agama dan budaya.

Konsep inilah yang bisa menjadi cikal bakal konsep untuk ditawarkan kepada negara-negara lain yang ikut dalam KTT. "Harapannya ada feedback ke dalam negeri, arus utamanya Islam Wasatiyyah karena kerukunann umat beragama bisa kapan saja meledak," ucapnya.

Tokoh utama dari ulama Muslim sedunia khsusunya akan hadir di antaranya Syaikh Al Azhar Imam Terbesar Syeikh Ahmad Thayyib bin Thayyib. Kemudian ada juga Syeikh Abdullah bin Dayyah yang memimpin sebuah organisasi bernama Forum Perdamaian di Masyarakat Muslim yang berkedudukan di Abu Dhabi.

Acara puncak KTT Islam Wasathiyyah akan diadakan di Bogor 1-3 Mei 2018. Presiden Joko Widodo direncanakan akan membuka acara tersebut untuk kemudian ditutup oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Untuk menyambut KTT ini akan diadakan juga Halaqah sebanyak empat kali di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Uhamka, Universitas Ahmad Dahlan, serta Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement