REPUBLIKA.CO.ID, PUTRAJAYA -- Malaysia telah membentuk sebuah koalisi membangun dan mengawasi proses sertifikasi halal global. International Halal Authority Board (IHAB) diluncurkan di Putrajaya pada Selasa lalu dengan tujuan mempersingkat proses pengeluaran sertifikasi otoritas dan lembaga halal global.
Department of Islamic Development Malaysia (Jakim) akan memimpin komite tersebut. Sejauh ini ada 69 otoritas halal dari 24 negara yang berada dalam pengelolaan Jakim. Menurut Direktur Divisi Perhubungan Sirajuddin Suhaimee, lembaga akan mulai membentuk prosedur.
"Proposal untuk IHAB telah disepakati semua anggota kemarin, tanpa ada keberatan dan semua sepakat Jakim memimpin dan sekretariat berbasis di Malaysia," kata dia pada reporter di World Halal Week 2018 di Kuala Lumpur, dilansir Malaysian Reserve, Kamis (5/4).
Selain menyasar harmonisasi dalam proses sertifikasi, Sirajuddin mengatakan IHAB akan menyediakan pelatihan untuk lembaga-lembaga sertifikasi. Mereka akan dilatih untuk meningkatkan akses pada pasar halal.
Wakil Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi sebelumnya mengatakan Malaysia sebagai negara terdepan dalam industri halal global. Malaysia berkomitmen menguatkan sektor bisnis dengan memperoleh pengakuan internasional.
Malaysia ingin menjadi referensi utama dan pertama dalam bidang ini. Malaysia juga berambisi menjalin kerja sama strategis dan membentuk aliansi dalam taraf internasional.
Selain IHAB, Malaysia juga sedang dalam proses membentuk akademi penelitian tentang halal internasional pertama di wilayah. "Kita harus sukses karena kebutuhan ini terus meningkat hingga level global," kata dia.
Menurutnya, industri halal lokal telah berkontribusi 7,5 persen pada pendapatan domestik GDP tahun lalu. Ekspor produk halal tahunan bisa mencapai 43,4 miliar ringgit pada 2017.
Industri halal juga menarik investasi hingga 13,3 miliar ringgit, khususnya untuk Halal Malaysia Halal Parks. Menurut laporan Reuters, ekonomi Islam Global pada 2017-2017 ditaksir akan bernilai tiga triliun dolar AS pada 2021.