Senin 02 Apr 2018 12:08 WIB

Muslimah Toronto Bahas Seksualitas yang Masih Dianggap Tabu

Muslimah perlu mendapat informasi yang tepat mengenai seks dan kesehatan mental.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu pembicara dalam konferensi Being ME di Toronto untuk Muslimah.
Foto: Paul Smith/CBC
Salah satu pembicara dalam konferensi Being ME di Toronto untuk Muslimah.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Seks dan keintiman adalah topik yang tampaknya tabu untuk dibahas bagi banyak orang. Namun, pada Sabtu (31/3) lalu, konferensi untuk wanita Muslim, Being ME (Muslimah Empowered) membahas masalah tabu lainnya, seperti kesehatan mental.

Farah Islam adalah salah satu penyelenggara di balik konferensi tahunan ME yang Ke-7 tersebut. Ia berbicara dengan banyak wanita menjelang acara yang tahun ini berfokus pada masalah seks dan keintiman.

"Kami mendapat gelombang luar biasa di mana orang-orang secara jelas, itu adalah masalah yang dibungkam dan orang-orang benar-benar ingin membicarakannya. Jadi kami memenuhi permintaan itu, dan kami membuat lokakarya ini karena kami perlu tahu tentang bagaimana memiliki keluarga yang lebih baik dan memiliki kehidupan pernikahan yang lebih baik," kata Farah kepada CBC Toronto, dilansir pada Senin (2/4).

Farah mengatakan, banyak wanita Muslim tidak mendapatkan pembahasan semacam itu dari orang tua mereka. Namun, umumnya mereka menemukannya dalam pernikahan, dan seks tiba-tiba menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Dia mengakui ada beberapa Muslim yang mencari tempat yang aman untuk membahas seks dan keintiman. Karena itulah, Being ME menyediakan ruang tersebut dengan seorang konselor di bidangnya dan sekelompok wanita yang terlibat. Farah mengatakan, mereka memiliki seorang profesional, komunitas di sekitar mereka, dan benar-benar mulai berbicara tentang sesuatu yang penting dalam hidup mereka.

"Sebanyak 5.000 wanita di ruangan ini bersama-sama, jadi betapa luar biasa untuk benar-benar membangun ikatan persaudaraan dan benar-benar merasakan energi di ruangan ini," lanjutnya.

Ia mengatakan, Being ME juga mengambil inspirasi dari Alquran. Menurut penyelenggara acara tersebut, Nabi memiliki percakapan yang terasa tidak enak dan mendorong orang untuk mengajukan pertanyaan. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menjauh dari menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Karenanya, ia menilai hal itu menjadi semacam contoh yang perlu diperbaiki di komunitas masyarakat.

"Itulah yang kami coba lakukan dalam konferensi ini, keluar dan membicarakan topik-topik tabu: bicaralah tentang kesehatan mental, bicaralah tentang seksualitas, bicarakan semua hal yang merupakan bagian dari kehidupan kita," ujarnya.

Sementara itu, Nadira Yasmin merasa sepakat pembicaraan yang jujur itu penting. Dia menghadiri acara dengan anak-anaknya dan mengatakan diskusi tentang seks dan keintiman harus terjadi antara orang tua dan anak-anak mereka sehingga, anak-anak dapat tumbuh dengan memiliki informasi yang tepat. Menurutnya, hal ini adalah diskusi yang sudah dia lakukan dengan anak-anaknya sendiri.

"Anda tidak ingin mereka mendapatkannya dari tempat lain, karena Anda tidak tahu apa sumber orang itu atau siapa orang itu atau tujuan atau niat mereka," kata Yasmin.

"Bahkan dalam lingkaran teman kita, kita berkata, 'Tolong bicara dengan anak-anakmu.' Ini adalah diskusi yang seharusnya mereka lakukan dengan anda dan anda tidak seharusnya mengatakan, 'Tidak, kami tidak dapat membicarakannya'," lanjutnya.

Salah satu topik yang tidak terlarang adalah gerakan #MeToo dan #TimesUp, yang membawa masalah pelecehan dan serangan secara seksual ke garis terdepan. Konferensi tersebut memiliki sesi khusus tentang bagaimana menangani pelecehan di tempat kerja, masjid atau di tempat lain di masyarakat. Yasmin mengatakan, semua wanita menghadapi kekerasan seksual dalam hidup mereka karenanya, hal itu adalah topik yang penting untuk dibahas.

"Ini terjadi pada kita semua. Ini tidak ada hubungannya dengan bagaimana anda berpakaian, atau agama anda atau apa warna atau latar belakang Anda," tambahnya.

Shukri Abdullahi mengatakan, karena Muslim adalah bagian dari komunitas Kanada pada umumnya, mereka perlu berbicara tentang pelecehan di tempat kerja. NISA, saluran bantuan pertama untuk wanita Muslim di Amerika Utara, juga hadir di acara tersebut.

Sebagai saudara perempuan di acara tersebut, ia mengatakan mereka menciptakan jaringan persaudaraan yang indah untuk berdiskusi. Menurutnya, ada saluran telepon yang akan tersedia bagi gadis-gadis muda atau saudara perempuan yang bergabung dengan dunia usaha.

"Banyak pelecehan di tempat kerja terjadi setelah jam kerja di ruang pribadi, jadi jangan tunduk pada diri sendiri. Jika Anda merasa lingkungan tidak benar, keluar saja," kata Abdullahi.

Being ME telah terselenggara di Toronto, Kanada. Konferensi lain akan digelar pada 5 Mei mendatang di Calgary Telus Convention Center.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement