Selasa 27 Mar 2018 21:29 WIB

Muslim Thailand Jaga Nilai-Nilai Islam dan Tradisi

Mereka hidup dalam kesederhanaan.

Muslim Thailand
Foto: AP
Muslim Thailand

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim adalah warga minoritas di tengah mayoritas etnis Thai yang beragama Budha di Thailand. Tidak ada data yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai jumlah warga Muslim di negara berpenduduk lebih dari 60 juta jiwa ini. Ada yang menyebut jumlahnya antara enam hingga 15 persen. Namun, ada pula yang memperkirakan hanya dalam kisaran empat persen.

Warga Muslim di negeri gajah yang dulu disebut Siam ini umumnya berdiam di wilayah bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, seperti Provinsi Pattani, Yala, Satun, Narathiwat, dan Songkhla. Di provinsi-provinsi ini dihuni oleh sekitar 70 - 80 persen Muslim. Selain itu, ada juga yang tersebar di beberapa wilayah, seperti di Provinsi Pattalung, Krabi, dan Nakorn Srithammarat.

Berdasarkan penelitian yang ada, umat Islam di Thailand umumnya terdiri atas dua kelompok etnis. Etnis pertama adalah warga Muslim dari etnis Melayu. Mereka kebanyakan tinggal di kawasan selatan yang berbatasan dengan Malaysia. Sehari-hari mereka berbahasa Yawi, bahasa asli yang mirip dengan bahasa Melayu.

Tidak mengherankan bila Muslim yang berdiam di selatan Thailand sangat kental dengan budaya Melayu. Selain karena faktor geografis, juga karena memang rumpun Melayulah yang paling menonjol dalam perjalanan panjang sejarah Muslim Thailand sejak abad ke-13.

Etnis lainnya adalah Muslim Thai keturunan Burma yang merupakan penduduk asli Thailand dan Burma. Mereka umumnya memeluk agama Islam karena hubungan perkawinan. Biasanya dari sisi ekonomi, Muslim Thai lebih mapan. Mereka kebanyakan tinggal di kawasan utara dan tengah negeri yang secara geografis terletak di wilayah Asia Tenggara ini.

Sebagian besar Muslim Thailand, terutama yang tinggal di wilayah selatan, bekerja sebagai nelayan dan petani. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan itu ditandai dengan rumah-rumah panggung berbilik bambu yang mereka diami. Mereka taat beribadah.

Suasana religius tradisional masih bisa disaksikan di sudut-sudut dusun. Setiap kali adzan berkumandang, mereka segera bergegas menuju masjid. Kostum sarung dan sorban merupakan pakaian keseharian mereka. Di sana terbangun suatu komunitas religius bagaikan sebuah perkampungan pesantren.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement