Senin 26 Mar 2018 14:00 WIB

Menjaga Kemurnian Alquran dari Pemalsuan

ada pihak yang berupaya untuk memalsukan Alquran.

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Alquran
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam Alquran surah Alhijr ayat 9, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya, Kami-lah yang menurunkan Alquran dan Kami pula yang akan menjaganya.'' Penegasan ini menunjukkan bahwa Alquran senantiasa terjaga dari pemalsuan hingga akhir zaman. Alquran merupakan kalamullah sehingga tidak mungkin akan dipalsukan oleh makhluknya.

Namun demikian, bukan berarti tidak ada pihak yang berupaya untuk memalsukan Alquran. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, sudah ada orang yang mencoba memalsukan Alquran, bahkan membuat ayat-ayat yang senada dengan Alquran. Tidak hanya itu, mereka juga menjelek-jelekkan firman Allah SWT. Di antaranya, ada yang membuat syair-syair dengan meniru bunyi surah Alkautsar. Lalu, ada pula orang-orang kafir yang mempertanyakan mengapa Allah SWT membuat binatang kecil yang 'tidak bermanfaat' bagi manusia, seperti nyamuk, dan hal lain yang dimuat dalam Alquran.

Pertanyaan orang-orang yang seolah-olah meragukan kemurniaan Alquran itu dijawab Allah dengan firman-Nya, ''Sesungguhnya, Allah tidak malu untuk membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih kecil (rendah) dari pada itu....'' (QS Albaqarah ayat 26).

Apa maksud Allah menciptakan perumpamaan itu? Tujuannya adalah agar manusia itu berpikir. Sebab, banyak dari mereka yang dengan perumpamaan itu menjadi sesat dan ingkar terhadap kekuasaan Allah.

Dan, seperti ditegaskan Allah SWT bahwa Dia-lah yang akan memelihara Alquran maka sampai kapan pun Alquran akan senantiasa terpelihara. Dia tidak akan bisa dipalsukan walau satu huruf sekalipun. Sebab, banyak para penghafal Alquran yang tidak saja hafal keseluruhan ayat Alquran, namun mereka juga hafal setiap bentuk dan huruf-huruf, termasuk tanda-tanda wakaf yang ada dalam Alquran. 

Alquran berbeda dengan kitab lainnya, termasuk buku-buku yang dikarang oleh penulis kenamaan sekalipun. Mereka tidak pernah mampu menghafal keseluruhan buku yang ditulisnya sendiri, termasuk tanda titik dan koma. Inilah salah satu kemukjizatan Alquran.

Selanjutnya, upaya-upaya pemeliharaan Alquran dari pemalsuan terus dilakukan umat Islam dengan menghafalnya; melakukan pembinaan bibit-bibit penghafal Alquran di sekolah atau pesantren; mengadakan perlombaan seni baca Alquran, termasuk penulisan Alquran; serta melakukan penashihan (pengesahan) sebelum Alquran dicetak.

Salah satu upaya melestarikan para penghafal Alquran itu dan melihat sejauh mana hafalannya adalah menguji hafalan para calon ataupun penghafal Alquran. Di pesantren, umumnya pengujian hafalan Alquran dilaksanakan setiap hari selesai shalat Subuh. Namun, ada pula yang dilakukan dengan sistem seminggu sekali.

Kegiatan Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) yang menjadi bagian dari Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) adalah salah satu upaya untuk menjaga dan melestarikan Alquran dari pemalsuan. Walaupun ada pihak yang kurang setuju jika kegiatan itu diperlombakan, tujuannya adalah menumbuhkan semangat baru dari generasi muda Islam untuk mendalami dan mengamalkan Alquran, termasuk upaya-upaya memelihara Alquran yang suci.

Munculnya berbagai macam dialek bacaan (qiraah) tentunya bukan sebuah halangan dalam memelihara Alquran. Sebab, adanya dialek yang berbeda, sumbernya tetap satu, yaitu Alquran. Dan, selama makharijul huruf (cara pengucapannya) benar, tentu saja hal itu tidak menjadi masalah.

Upaya-upaya lain yang bisa dikembangkan dalam memelihara kemurnian Alquran adalah dengan memperbanyak madrasah-madrasah atau lembaga pendidikan penghafal Alquran. Hadirnya lembaga-lembaga ini akan memberikan angin segar bagi umat Islam agar Alquran dapat terpelihara hingga akhir zaman.

Karena itu, adanya lembaga pembinaan bibit-bibit penghafal Alquran ini harus mendapat respons positif dari seluruh umat Islam, termasuk pemerintah (Depag) dalam menjaga kemurnian Alquran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement