REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Umar bin Abdul Aziz berdiri di atas mimbar di hari Jumat. Ia kemudian menangis. Ia telah dibaiat umat Islam sebagai pemimpin. Di sekelilingnya terdapat para pemimpin, menteri, ulama, penyair dan panglima pasukan.
Ia berkata, ''Cabutlah pembaiatan kalian!'' Mereka menjawab, ''Kami tidak menginginkan selain Anda!'' Ia kemudian memangku jabatan itu, sedang ia sendiri membencinya.
Tidak sampai satu minggu kemudian, kondisi tubuhnya sangat lemah dan air mukanya telah berubah. Bahkan ia tidak mempunyai baju kecuali hanya satu. Orang-orang bertanya kepada istrinya tentang apa yang terjadi pada khalifah.
Istrinya menjawab, ''Demi Allah, ia tidak tidur semalaman. Demi Allah, ia beranjak ke tempat tidurnya, membolak-balik tubuhnya seolah tidur di atas bara api, Ia mengatakan, ''Ah, ah, aku memangku urusan umat Muhammad SAW, sedang pada hari Kiamat aku akan dimintai tanggungjawab oleh fakir dan miskin, anak-anak dan para janda.''
Itulah sosok pemimpin yang amat memegang amanah serta tanggung jawab, melebihi apapun. Khalifah Umar justru tidak melihat kesempatan untuk memperkaya diri atau memanfaatkan jabatannya itu, melainkan beban berat yang dipikulnya di hari Kiamat kelak.
Oleh karenanya, sejarah mencatat, selama kepemimpinan nya, sang Khalifah benar-benar bertindak dengan mendahulukan kepentingan umat. Dan hal tersebut juga ditanamkan kepada segenap anggota keluarganya.