REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyelengarakan diskusi publik kerukunan umat beragama dan merilis hasil survei nasional tentang kerukunan umat beragama di Indonesia tahun 2017. Berdasarkan hasil survei tersebut, indeks kerukunan umat beragama secara nasional menghasilkan skor 72,27 yang menunjukkan bahwa sikap keberagamaan di Indonesia masih rukun.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Azyumardi Azra, mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei tersebut umat beragama di Indonesia boleh optimistis untuk menatap masa depan. Karena, menurut dia, Indonesia merupakan negara paling majemuk.
"Kalau saya lihat dari survei ini saya kira boleh optimis lah tentang masa depan Indonesia ini. Karena apa, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang paling majemuk," ujar Azyumardi setelah acara rilis survei Balitbang dan Diklat Kemenag di Jakarta, Kamis (22/3).
Apalagi, jika dilihat dari sudut pandang Islam, Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim sehingga Indonesia justru harus menjadi contoh bagi kedamaian dan kerukunan umat beragama di negara-negara lain. "Indonesia satu-satunya tinggal harapan untuk memberikan contoh menegenai kedamaian keragamaan dan harmoni," ucapnya.
Azyumardi menuturkan, jika melihat negara-negara bependuduk mayoritas Muslim lainnya, justru Indonesia paling minim dalam kasus konflik. Sementara, negara Muslim seperti di Asia Tenggara dan Asia Selatan justru banyak yang masih terjebak dalam konflik.
"Di Timur Tengah dan Asia Selatan kerjanya berkelahi terus, konflik terus seperti Afghanistan, Suria, Mesir, Irak, Tunisia, semua kacau," katanya.
Azyumardi menambahkan, jika pun ada daerah-daerah di Indonesia yang berpenduduk mayoritas non-Muslim dan indeks kerukunan umat beraganya rendah, hal itu menjadi tantangan bagi umat Islam untuk menunjukkan ke dunia bahwa Indonesia bisa tetap damai di tengah keragaman. "Saya kira ini tantangan bagi orang Islam untuk bersikap lebih damai supaya bisa menunjukkan ke dunia bahwa Islam di Indonesia damai," katanya.