Ahad 11 Mar 2018 13:14 WIB

Workshop ISC di Iran Sepakati Perlunya Lembaga Sitasi

ISC kini telah menjadi pusat jaringan sitasi terbesar ketiga di dunia,

Workshop ISC pada tanggal 4-7 Maret di Iran menyepakati perlunya lembaga sitasi (Foto: kemenag.go.id)
Foto: F(Foto: kemenag.go.id)
Workshop ISC pada tanggal 4-7 Maret di Iran menyepakati perlunya lembaga sitasi (Foto: kemenag.go.id)

REPUBLIKA.CO.ID,  SHIRAZ -- Islamic World Science Citation Center (ISC) yang bermarkas di Shiraz-Iran menggelar Workshop on Increasing Impact of Research: Strategies and Practical Solution. Workhsop yang berlangsung dari 4 – 7 Maret 2018 di Shiraz-Iran ini menyepakati perlunya lembaga yang berkonsentrasi khusus di bidang sitasi jurnal yang mengakomodasi negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Hal ini disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kemenag Arskal Salim yang ikut dalam workshop tersebut. Arskal hadir bersama Tim Diktis, yaitu: Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Suwendi, Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama, Agus Sholeh, dan beberapa pimpinan LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian) UIN Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Aceh. 

Pertemuan ini dihadiri Presiden ISC, MJ Dehgahni dan sejumlah peneliti, termasuk dari Malaysia. ISC sendiri lahir sebagai tindak lanjut pertemuan “Islamic Conference of Ministeries of Higher Education and Scientific Research” yang dilaksanakan oleh ISESCO tahun 2008.

“ISC akan mengimplementasikan mandat itu dengan menjaring kerja sama di bidang informasi sains dan publikasi ilmiah dengan menerapkan sejumlah kebijakan yang dapat mengevaluasi, benchmarking, dan mengomparasikan sejumlah jurnal dan institusi penelitian di negara-negara Muslim,” terang Arskal melalui pesan singkat, Ahad (11/3).

Menurutnya, hingga saat ini, ISC telah melakukan indeksasi jurnal, penulis, dan rujukan-rujukan penelitian. ISC kini telah menjadi pusat jaringan sitasi terbesar ketiga di dunia, setelah Web of Science dan Scopus, dengan jarigan lebih dari 57 (lima puluh tujuh) negara.

Arskal menambahkan, pertemuan di Shiraz merupakan tindak lanjut MoU antara Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin dengan Presdien ISC pada Oktober 2017. Dari workshop di Shiraz ini diperoleh informasi akan pentingnya untuk melakukan kerja sama yang lebih konkret untuk memantapkan jurnal-jurnal yang dikelola oleh PTKI di Indonesia dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh ISC.

Menurut guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, selain melakukan indeksasi publikasi artikel dari semua jurnal yang diterbitkan di sejumlah negara Muslim anggota OKI, ISC juga melaksanakan pendampingan, pelatihan, serta sosialisasi peningkatan jurnal di berbagai negara. Di dunia saat ini, ISC telah menjadi the third largest citation network after Web of Science dan Scopus.

“Dengan profil ISC seperti ini, kami berpikir bahwa dengan langkah mengintegrasikan jurnal yang tergabung dalam portal [email protected] yang dimiliki oleh Kementerian Agama dengan ISC, maka akan diperoleh sebuah keuntungan yang signifikan. Yaitu keterbacaan hasil penelitian yang terpublikasi dan sitasi artikel jurnal di lingkungan PTKI oleh masyarakat dunia. Dengan demikian, penelitian dan publikasi Indonesia yang dikordinir oleh Direktorat PTKI akan memiliki gaung ke dunia internasional,” tandasnya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement