Sabtu 10 Mar 2018 05:03 WIB

Kebangkitan Islam di Bumi Amerika

Warga Amerika masih percaya Islam sumber terorisme.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Shamsi Ali, dalam ceramahnya di Islamic Center New York pada 4 Maret lalu mengibaratkan kehidupan sebagai samudra luas yang dipenuhi gelombang ombak. Dalam menjalani kehidupan, tak jarang manusia tergulung ombak kebimbangan, bahkan keputusasaan. Masalah yang begitu besar tak sedikit membuat manumbuhkan perasaan pesimistis dan rendah diri yang akibatnya akan membuat manusia terpuruk tanpa adanya solusi pasti.

Masih terbayang di hadapan mata, terngiang di telinga suara-suara pesimisme dan kekerdilan itu ketika terjadi 9/11 beberapa tahun silam. Banyak yang beranggapan bahwa peristiwa itu akan menjadi kuburan bagi dakwah dan Islam di Amerika dan dunia Barat umumnya. Bahwa Islam telah mati dan tidak mungkin lagi akan diterima di belahan bumi Allah yang bernama Amerika, kata Ustaz Shamsi Ali.

Menurut Ustaz Shamsi, saat itu manusia belum dapat memaknai kebesaran kuasa Sang Pencipta langit dan bumi. Mereka saat itu juga belum memahami bahwa perputaran alam semesta bahkan perasaan manusia berada di bawah kontrol jemari yang Mahaqadir.Maka, tak mustahil jika persangkaan pesimistis itu dibalik oleh Yang Mahakuasa menjadi bangunan optimisme dan harapan setinggi langit.

Akhirnya peristiwa yang disebut- sebut sebagai kuburan Islam, justru berbalik menjadi momentum awal kebangkitan dakwah di bumi Amerika dan menjadi awal kebangkitan warga Amerika untuk memahami Islam yang sesungguhnya, kata dia.

Dia melanjutkan, saat itu warga Amerika berbondong-bondong mencari tahu apa sesungguhnya Islam itu.Alquran dan buku-buku menjadi bacaan terlaris saat itu. Masjid-masjid dan pusat-pusat agama Islam (Islamic Centers)menjadi destinasi kunjungan yang laris.Pemimpin Muslim (Imam) menjadi objek undangan ke mana-mana, termasuk kantor-kantor pemerintahan, rumah- rumah ibadah agama lain, hingga media massa menjelaskan Islam yang sejati.

Mereka mencari, mendalami, memahami dan menghayati, dan akhirnya menemukan Islam yang sejati, kata dia.

Salah satu dari warga Amerika yang mendalami Islam saat itu adalah Suzan, mahasiswa S-2 (Master Degree) di Oxford University Inggris bidang International Security beberapa tahun silam, di mana subjek di bawah departemen itu adalah studi agama-agama dalam hubungannya dengan international terrorism(terorisme internasional).

Suzan saat itu memiliki pemahaman yang sangat buruk mengenai Islam.Bahkan, dia benar-benar yakin jika Islam adalah sumber terorisme dunia modern.Maka, di kelas agama-agama dunia dan terorisme internasional itu, dia betul- betul menaruh perhatian secara khusus tentang di mana dasar dan arah Islam dalam menyebarkan terorisme dunia.

Diam-diam dia membeli Alquran dan membacanya untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang relasi antara terorisme dan Islam. Ternyata di luar bayangan dia, semakin dia mencari keburukan Alquran, tanpa dia sadari hatinya semakin tersentuh dan tertarik untuk mendalaminya, ujar Ustaz Shamsi.

Kurang dari dua tahun Suzan membaca Alquran, bahkan sekembalinya ke US dan kerja di kota New York, Suzan masih melanjurkan mencari hakikat Alquran. Hingga Suzan akhirnya memeluk Islam di Islamic Center New York, lalu bekerja sebagai sebagai executive director di sebuah organisasi nirlaba MCN (Muslim Community Networking) di Kota New York.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement