Sabtu 10 Mar 2018 00:14 WIB

Perempuan Bisa Menjadi Khalifatullah Fil Ardhi

Islam juga sangat membuka peluang untuk perempuan tampil di ruang publik.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pada momentum peringatan hari perempuan Internasional, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) menyelenggarakan diskusi Perempuan Membangun Negeri di @America, Mall Pacific Place, Jakarta pada Jumat (9/3). Diskusi tersebut mengusung tema Peran Perempuan dalam Membangun Keluarga Tangguh, Perspektif Politik, Ekonomi dan Sosial.

Perempuan dinilai bisa tampil dan aktif di ruang publik untuk berkarya demi kebaikan bangsa dan negara. Menurut pandangan Islam, perempuan juga bisa menjadi khalifatullah fil ardhi. Hak serta kewajiban laki-laki dan perempuan sama, yang membedakan laki-laki dan perempuan hanya ketakwaannya saja.

Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini mengatakan, Nasyiatul Aisyiyah memperingati hari perempuan Internasional tidak hanya sebatase uforia. Nasyiatul Aisyiyah ingin memberikan makna di momen hari perempuan Internasional.

"Perempuan secara kodrat memang berperan sebagai ibu, tapi juga harus berperan di tengah publik. Ini adalah tuntutan dari perempuan-perempuan zaman now," kata Diyah setelah diskusi di Mall Pacific Place, Jakarta, Jumat (9/3).

Menurut dia, ada relativitas dan linearitas dari membangun keluarga dan negara. Perempuan sejatinya tidak bisa meninggalkan perannya dalam rumah tangga sebagai ibu. Maka, bagaimana caranya agar perempuan bisa bangkit sebagai ibu sesuai kodratnya, tapi juga bisa berperan sebagai warga negara Indonesia yang menyumbangkan pemikiran dan karyanya untuk bangsa.

Dikatakannya, perempuan bisa tampil dan aktif di ruang publik. Artinya, perempuan tidak hanya mengurusi urusan rumah tangga saja. Islam juga sangat membuka peluang untuk perempuan tampil di ruang publik. Sebab, yang membedakan laki-laki dan perempuan hanya tingkat ketakwaannya saja.

"Bagi kami Nasyiatul Aisyiyah yang memahami kesetaraan itu juga bagian dari ibadah, saya kira tidak masalah (perempuan tampil di ruang publik-Red)," ujarnya.

Diyah memberikan contoh, di dalam Alquran diceritakan kisah Ratu Balqis yang menjadi raja. Contoh lainnya, Siti Khadijah merupakan seorang pengusaha perempuan sekaligus istri Nabi Muhammad SAW.S iti Khadijah merupakan contoh perempuan yang tampil di ruang publik.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rita Pranawati berpandangan, perempuan mudazaman now sudah banyak yang berpendidikan tinggi. Kata dia, keterlibatan perempuan di ruang publik pun sudah semakin banyak.

Dikatakn Rita, karena tuntutan zaman, ekonomi dan globalisasi telah membuat banyak perempuan berada di ruang publik. "Di ruang publik tidak hanya bekerja, tetapi juga aktif di tengah masyarakat, ini tentu penting," ujarnya.

Namun, Rita mengingatkan, perempuan boleh tampil di ruang publik, tapi jangan mengabaikan kewajibannya mengasuh anak. Apakah perempuan akan tampil di ruang publik atau di rumah saja, hal tersebut harus menjadi keputusan bersama suami. Sehingga suami pun bisa ikut membantu pekerjaan di rumah.

Menurutnya, Islam tidak melarang perempuan tampil di ruang publik. Sebagai contohnya Siti Khadijah sebelum menikah dengan Rasulullah sudah berperan di ruang publik. Artinya, perempuan yang tampil di ruang publik bukan hal yang tabu. Perempuan tidak hanya membangun keluarga, keterlibatannya di ruang publik juga menjadi sangat luar biasa

"Contoh Siti Khadijah, dan Aisyah yang cerdas, sebenarnya Rasulullah tidak mendomestikasi perempuan, itu poin yang penting menjadi khalifatullah fil ardhiitu bukan hanya kewajiban laki-laki tetapi itu kewajiban laki-laki dan perempuan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement