REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo meresmikan Festival Sholawat Nusantara. Festival ini akan merupakan lomba berjenjang yang memperebutkan Piala Presiden.
Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan bahwa shalawat adalah bentuk kecintaan, rasa hormat umat muslim kepada nabi Muhammad SAW. "Maka saya sangat menyambut gembira festival nusantara ini digelar secara nasional," kata Jokowi, Sabtu (24/2).
Jokowi berharap melalui festival shalawat ini menjadi titik awal masyarakat muslim melakukan berbagai hal-hal baik. Melalui festival shalawat ini pula Jokowi yakin bisa merekatkan persaudaraan, persatuan, dan kerukunan umat muslim di Indonesia.
Menurutnya, acara seperti ini juga harus membuat masyarakat tidak lagi berburuk sangka, menjelek-jelekan sesama saudara, hingga mencemooh sesama bangsa. "Mari rukun kembali, bersaudara kembali," ujarnya.
Ketua Panitia Abdul Gofar Rozin Sahal mengatakan dalam festival yang digelar diseluruh nusantara mulai dari desa-desa hingga ke perkotaan, para peserta tidak diwajibkan melantukan shalawat dengan Bahasa Arab. Mereka bisa melantukannya dengam Bahasa Indonesia atau pun bahasa daerah.
"Tujuan dari festival ini juga untuk membumikan kembali shalawat sebagai karakter bangsa yang akhlakul kharimah, dan mengembalikan tradisi keislaman kita," ujarnya.
Abdul menjelaskan, shalawat merupakan kegiatan yang bisa menjadi media dakwah yang cinta damai dan anti kekerasan. Shalawat pun dapat meningkatkan kecintaan umat islam, dan shalawat pun diyakini mampu mempererat negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).
Inisiator Festival Sholawat Nusantara, Nusron Wahid mengatakan, lomba ini akan diikuti oleh beragam kelompok pengajian, pesantren, mahasiswa dan pelajar, bahkan sampai kelompok pengajian di perkantoran, BUMN dan berbagai majelis keagamaan di masyarakat. Lomba akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia, mulai dari lomba antar kemacamatan, lalu kabupaten, antar provinsi, sampai tingkat nasional.
"Dengan tema acara Cinta Sang Nabi, kami ingin menabur kembali nilai Islam yang penuh bahasa cinta, bukan bahasa perbedaan dan kebencian. Ini adalah upaya merawat tradisi dan kearifan lokal sekaligus mengangkat kembali kekayaan Islam Nusantara," kata inisiator Festival Sholawat Nusantara, Nusron Wahid.