Jumat 23 Feb 2018 16:59 WIB

Kecemasan Nabi Musa

Kecemasan tersebut terjadi ketika Nabi hendak menghadapi Firaun.

Dalam Alquran Nabi Musa dan Nabi Khidir bertemu di sebuah lokasi (Ilustrasi)
Dalam Alquran Nabi Musa dan Nabi Khidir bertemu di sebuah lokasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Tatkala Nabi Musa AS ditugaskan Allah untuk berangkat mendakwahi Firaun, ia sempat mencemaskan nafkah keluarganya yang akan ia tinggalkan. Bagaimana nasib keluarganya nanti sepeninggalnya? Inilah yang sempat ia tanyakan kepada Allah kala itu.

Allah SWT pun berfirman kepada nabi bangsa Israel itu, “Hai Musa! pukulkan tongkatmu ke batu besar yang ada di hadapanmu.”

Cukup sulit bagi Musa untuk menghancurkan batu yang diperintahkan Allah. Kendati ia didaulat sebagai manusia terkuat di muka bumi, setidaknya ia perlu beberapa kali pukulan untuk mengancurkan batu yang sangat besar itu.

Alangkah kagetnya Musa, dalam bongkahan batu besar yang ia pecahkan, ternyata ada seekor ulat yang tengah asyik melahap sebuah daun segar. Dengan rahmat Allah, ia pun diperdengarkan suara ulat tersebut yang tengah bertasbih memuji Allah SWT. Musa pun mantap bahwa Allah-lah yang menjamin setiap makhluk ciptaan-Nya.

Inilah kisah yang menjadi asbabun nuzul surah al-Ankabut ayat 60. “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) mengurus rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kegalauan akan rezki yang dialami Musa hampir-hampir serupa dengan yang dialami setiap manusia. Susahnya penghidupan, harga yang terus naik, gaji yang tak sebanding dengan kebutuhan, merupakan beberapa perkara yang sering dikeluhkesahkan manusia.

Bahkan ada yang menyatakan, jika gaji kurang dari Rp 1 juta sebulan, ia tidak akan bisa hidup di Jakarta. Terlepas dari pembicaraan standar gaji minimal, apakah memang demikian halnya? Seakan ia sudah mengambil posisi Allah sebagai penjamin rezeki.

Sungguh mustahil bagi Allah menciptakan makhluk-Nya, tetapi tidak menciptakan rezekinya. Tidak mungkin Allah menciptakan perut tanpa menciptakan isinya. Lantas, apa sebenarnya yang dikhawatirkan manusia tentang rezeki? Banyak yang mencemaskan, dengan gaji kecil bagaimana ia akan membeli susu untuk anaknya. Namun, yakinkah ia bahwa setiap anak yang lahir ke dunia sudah ditetapkan Allah rezeki, umur, jodoh, dan nasibnya?

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement