REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Intelijen dari Institute for Securityand Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai penyerangan yang dilakukan terhadap sejumlah tokoh agama ditargetkan untuk menciptakan konflik dan kekhawatiran di masyarakat. Karena itu ia menilai, penyerangan ini memang dilakukan dengan skenario.
"Memang desainnya ini supaya tercipta kondisi saling curiga satu sama lain, insecure, ketakutan yang menyebar, dan pada akhirnya kegaduhan," ujar Khairul saatdihubungi Republika, Jumat (23/2).
(Baca: Komnas HAM: Penyerangan Ulama Bisa Pengaruhi Proses Pilkada)
Menurut dia, serangan terhadap para tokoh agama kemungkinan akan terus berlangsung selama masyarakat justru bersikap saling curiga satu sama lain serta saling menumbuhkan rasa benci. Karena itu, ia menyarankan agar kebencian dan intoleransi di dalam masyarakat harus dihentikan.
"Tidak saling tuduh, tidak berlandaskan kebencian, karena mereka (pelaku) memang memanfaatkan itu. Mereka akan terus memproduksi kebencian di antara kelompok-kelompok ini," tambahnya.
Khairul mengatakan, pelaku penyerangan bukanlah jaringan teror, namun jaringan fasis. Ia menyebut, para pelaku tersebut kemungkinan juga dapat menyebar ke kelompok-kelompok politik yang berhadap-hadapan.
Meskipun ia menilai ada kaitannya dengan tahun politik saat ini, namun para pelaku tak hanya menargetkan untuk jangka pendek.
"Ini proyek jangka panjang. Infrastrukturnya sudah disiapkan bahkan sejak pemilu 2014 tuntas,"ujar dia.