REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap penghafal Alquran atau hafiz menjadi teladan bagi umat, khususnya di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasalnya, semakin ke depan tantangan umat Islam dalam beragama akan semakin besar.
"Para Huffaz (para hafiz) kiranya dapat menjadi teladan dan motor kebajikan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," ujar Lukman dalam acara penutupan Musabawah Hafalan Alquran dan Hadits (MHQH) ke-10 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (22/02).
Lukman mengungkapkan, dakwah ke depannya juga akan dihadapkan pada tantangan ekstremisme. Salah satu faktor munculnya ekstremisme adalah pemahaman yang dangkal dan parsial terhadap teks atau nash Alquran dan Hadits. Sementara, pemahaman yang komprehensif terhadap ajaran Islam harus menggabungkan antara hafalan dan pemahaman atau teks dan konteks.
"Saya mengimbau, para peserta MHQH agar tidak puas dengan sebatas hafalan saja, mestinya harus diperkuat dengan pemahaman dan pemaknaan melalui teks kitab-kitab tafsir sebagai rujukan memahami teks Alquran, baik kitab-kitab salaf maupun muashir (kontemporer)," ucap Lukman.
Lukman juga mengajak peserta MHQH untuk meneladani pada pendahulu dalam menjaga keharmonisan, hubungan kemanusiaan tanpa membedakan suku, agama, dan budaya yang ada. Menurut dia, ulama terdahulu sangat berjasa dalam mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia, termasuk ke nusantara.
Pasalnya, ulama terdahulu telah mengakomodasi kebudayaan lokal yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam sehingga mereka bisa hidup berdampingan secara harmoni bersama masyarakat dengan latar belakang etnis dan agama yang begitu beragam.
"Ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa ini yang harus kita lestarikan bersama," kata Lukman.