Kamis 22 Feb 2018 02:29 WIB

Belajar dari Nabi Daud

Satu pelajaran yang berharga dari kisah ini adalah jangan remehkan peternak.

Peternakan sapi (ilustrasi)
Foto: Humas Kementan
Peternakan sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul, Wartawan Republika

Kisah para nabi dan rasul menyebutkan bagaimana Daud tumbuh. Pada mulanya dia hanyalah seorang peternak. Setiap hari dia memberikan pakan kepada hewan ternaknya. Ketika itu Bani Israil sangat takut menghadapi seorang musuh, Jalut (Goliath). Badannya besar dan kuat. Tak ada tentara Bani Israil yang mampu menghadapinya. Tiba-tiba Daud yang berbadan kecil datang dan berani menghadapi musuh yang selama ini ditakuti itu.

Ketika bertarung, Daud berhasil memukul Jalut hingga tewas. Sejak itu, wilayah Bani Israil aman dari serangan musuh. Mereka hidup tenteram. Nama Daud semakin harum. Satu pelajaran yang berharga dari kisah ini adalah jangan remehkan peternak. Pekerjaannya sangat sederhana: memberi pakan dan minum kepada hewan ternak, membersihkan tubuh mereka, sehingga sehat dan tumbuh dengan berat badan yang terus bertambah, serta membangunkan tempat perlindungan atau kandang.

Setelah dewasa, hewan tersebut disembelih. Dagingnya dijual kepada masyarakat atau diberikan dengan cuma-cuma kepada fakirmiskin sebagai sedekah. Pekerjaan yang sederhana ini sering diremehkan. Ada orang yang beranggapan peternak adalah pekerjaan yang kotor, karena harus mengurus hewan yang beraroma tak sedap. Setiap hari harus membersihkan kotoran hewan.

Namun, hasil jerih payah peternak mampu menjaga stabilitas pasokan daging di pasar. Masyarakat dengan mudah memperoleh komoditas satu ini yang kaya protein. Mereka dapat mengonsumsi hidangan daging yang lezat: daging panggang, gulai, dan satai daging, serta sup daging. Selera makan bertambah. Asupan gizi terpenuhi dengan baik.

Pemerintah Indonesia berencana membangun dan memberdayakan komunitas atau kelompok peternak di perbatasan. Salah satu sasarannya adalah Kabupaten Malinau Kalimantan Utara (Kaltara). Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi daerah tersebut sangat mungkin menjadi tempat pengoperasian peternakan 20 ribu unggas. Masyarakat yang gemar beternak ayam di sana akan bersinergi dalam kelompok mengelola kandang ayam besar.

Bibit ayam akan didatangkan ke Malinau. Pakan ternak selama tiga bulan akan disiapkan. Semuanya akan kami koordinir. Yang paling utama masyarakat di sana dapat saling bergotong royong menjalankan peternakan tersebut, ujar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita dalam rapat koordinasi dan evaluasi dinas pertanian dan peternakan se-provinsi Kaltara, pekan lalu.

Namun, ia menambahkan, bantuan tersebut harus melalui perencanaan matang. Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Malinau harus mendata siapa saja masyarakat di sana yang siap berkelompok dalam menjalankan peternakan ayam. Kemudian lahannya ada di sebelah mana. Pembangunan kandangnya bagaimana, apakah akan dibantu pemerintah daerah setempat atau bisa juga melalui kementerian desa dan pembangunan daerah tertinggal (Kemendes PDTT).

Pemerintah menginginkan masyarakat di daerah perbatasan atau wilayah terluar negeri ini tidak hidup miskin. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan di Kabupaten Malinau mencapai 7,15 persen dari jumlah penduduk (2016). Pemerintah provinsi setempat menyatakan, masyarakat di sana kerap membeli komoditas dari Malaysia, negeri yang berbatasan langsung dengan Malinau.

Masyarakat Malinau kerap membeli daging beku dan berbagai kebutuhan pokok dari negeri tetangga tersebut. Kami ingin masyarakat di sana dapat menghasilkan daging ternak berkualitas, sehingga tak lagi bergantung pada negeri tetangga, kata Diarmita.

Negara menginginkan peternak tampil membawa perubahan. Mereka berperan lebih aktif memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga meningkatkan kesejahteraan di perbatasan. Tantangan utama mereka bukan tentara musuh yang siap berperang, seperti Jalut yang menghantui Bani Israil. Musuh utama mereka adalah kemiskinan dan ketergantungan kepada komoditas luar negeri.

Semangat yang harus muncul adalah keberanian dan kesungguhan dalam beternak, seperti yang dicontohkan Nabi Daud. Kesungguhan harus diwujudkan dengan pengetahuan yang memadai dan manajemen profesional. Semangat bergotong-royong adalah keharusan.

Sehari-hari mereka sudah biasa hidup berdampingan dengan tetangga, saling membantu dan bersinergi. Mereka kerap bekerja sama untuk mengelola lahan pertanian dan peternakan. Tak sulit bagi mereka untuk membangun kebersamaan untuk mengelola peternakan besar.

Berikutnya adalah kemandirian. Jika peternakan sudah dikelola dengan baik dan menghasilkan keuntungan, maka akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain kemudahan menjangkau daging segar, mereka juga mendapatkan keuntungan yang meningkatkan taraf hidup.

Mereka tak lagi harus keluar dari Indonesia untuk mendapatkan daging segar. Setelah stok daging melimpah, masyarakat dapat mengembangkan potensi dengan menghasilkan makanan olahan daging berkualitas. Bukan tidak mungkin daging hasil peternakan masyarakat Malinau dan produk olahan daging nantinya diekspor ke negeri tetangga dengan harga bersaing dan kualitas lebih baik.

Mereka akan lebih percaya diri, karena ternyata bangsa sendiri mampu menghasilkan komoditas berkualitas. Masyarakat akan berinovasi dan mencoba menjadi produsen kebutuhan masyarakat, sehingga penghasilan mereka semakin meningkat.

Jika kesejahteraan dan kesehatan masyarakat perbatasan terjaga, maka musuh utama, yaitu kemiskinan, sudah berhasil ditaklukkan. Mereka dapat hidup dengan tenteram dan bahagia, seperti Bani Israil setelah peternak Daud mengalahkan Jalut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement