Ahad 11 Feb 2018 09:38 WIB

Geliat Shalat Berjamaah di Asmat

Mereka ingin ada ustaz penghapal Alquran mengajar di Asmat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Elba Damhuri
Warga Asmat saat diberikan bimbingan kesehatan oleh relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kampung Yausakor, Distrik Siret, Kabupaten Asmat, Rabu (7/2).
Foto: Republika/Muhyiddin
Warga Asmat saat diberikan bimbingan kesehatan oleh relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kampung Yausakor, Distrik Siret, Kabupaten Asmat, Rabu (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID  Azan Ashar berkumandang di Distrik Agats, Kabupaten Asmat. Umat Islam, khususnya kaum pria, berdatangan ke Masjid An-Nur yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Agats.

Meski sedikit terlambat, saya melangkah menuju masjid yang dibangun di atas papan kayu tersebut. Saat tiba, imam sudah sampai di rakaat kedua sehingga saya pun mempercepat langkah untuk segera mengambil wudhu di belakang masjid. Saya tergugah saat melihat banyaknya jamaah yang melaksanakan shalat.

Ternyata, di daerah yang berpenduduk mayoritas non-Muslim ini banyak yang melakukan shalat berjamaah di masjid. Bahkan, jamaahnya tampak jauh lebih banyak daripada jamaah yang shalat di masjid perkotaan.

Berdasarkan pantauan Republika, Kamis (8/2), saat itu umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Ashar setidaknya ada enam shaf. Shalat jamaah pun berlangsung khusyuk. Jamaahnya terdiri atas orang tua dan anak-anak. Ada juga jamaah perempuan yang shalat di area yang ditutupi kain.

Setelah imam menutup salam, seorang ustaz muda tiba-tiba naik ke tangga mimbar. Ustaz muda itu mengenakan baju koko warna biru dan bercelana kain cokelat, tak lupa ia juga mengenakan kopiah bermotif cokelat putih.

photo
Salah satu masjid umat Islam di Jalan Sultan Hassanudin, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Rabu (7/2).

Di tangga mimbar, ia langsung membacakan beberapa hadis nabi menggunakan pengeras suara. Salah satu hadis yang dibacakannya saat itu yaitu hadis nabi yang diriwayatkan Annas ibnu Malik.

"Barang siapa yang menjaga lidahnya, Allah akan menutupi aibnya. Barang siapa menahan kemarahannya, Allah akan menahan azabnya pada hari kiamat," kata ustaz muda bernama Lukman yang berusia 17 tahun itu.

Beberapa jamaah tampak masih duduk mendengarkan hadis yang dibacakan Lukman. Salah seorang jamaah yang duduk di depan saya pun tampak mengangguk-anggukkan kepala saat Lukman membacakan hadis. Saat ditemui, Lukman mengatakan, pembacaan hadis itu memang dilaksanakan secara rutin setiap ba'da Ashar di Masjid An-Nur.

"Setiap Ashar memang begini, gantian membacakannya," ujar ustaz muda yang pernah belajar di Pondok Pesantren Darussalam, Timika, ini.

Usai shalat, jamaah langsung kembali melaksanakan aktivitasnya masing-masing, sementara anak-anak kecil belajar mengaji kepada para ustazah. Setidaknya ada 40 anak yang mengaji di dalam masjid. Salah seorang gadis kecil berkerudung biru malu-malu saat saya mencoba mengabadikan fotonya.

Di sela-sela menyaksikan kegiatan mengaji anak-anak, saya menemui salah satu ustaz atau pengurus Masjid An-Nur, Abdul Somad. Ustaz berjenggot ini juga merupakan sekretaris MUI Kabupaten Asmat.

Ustaz Somad menjelaskan, ghirah umat Islam untuk mengikuti kegiatan keagamaan di masjid ini cukup besar, baik yang muda maupun yang tua. Oleh karena itu, pengurus Masjid An-Nur menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, seperti pengajian harian, bulanan, juga pendidikan membaca Alquran untuk anak-anak.

"Pengajian wali santri dilaksanakan setiap bulan sekali. Pengajian dirasah setiap hari Ahad bagi ibu-ibu, kemudian tiap malam ba'da Maghrib bapak-bapak. Ba'da Isya itu remaja dan pemuda. Alhamdulillah, kegiatan ada terus," kata Ustaz Somad.

Tahun 1972

Masjid An-Nur dibangun di atas tanah yang dihibahkan oleh umat Islam sekitar tahun 1972. Bangunan masjid ini rata-rata terbuat dari papan, termasuk lantai, tembok, dan pagarnya. Masjid raya ini dibangun karena di daerah pelosok Papua ini terdapat banyak umat Islam.

Berdasarkan data tahun 2014, menurut dia, jumlah umat Islam di Kabupaten Asmat ada sekitar 8.000-an. Namun, untuk jumlahnya tahun ini ia mengaku tidak tahu. Yang jelas, umat Islam di kabupaten ini terus meningkat.

Menurut dia, sejak adanya kasus kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Asmat pada awal tahun ini, umat Islam yang shalat di Masjid An-Nur memang bertambah banyak dibandingkan hari-hari biasa. Sebab, jamaahnya ditambah oleh para relawan yang rata-rata Muslim.

"Jamaah banyak karena ada kasus KLB. Biasanya cuma tiga sampai empat shaf. Kami juga sengaja menarik teman-teman remaja untuk meramaikan masjid," kata Ustaz Somad.

Rukun

Kerukunan umat beragama di Asmat juga cukup tinggi. Jika ada masalah, semua persoalan dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Menurut Ustaz Somad, di Kabupaten Asmad ini juga ada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sehingga semua umat beragama menjadi bersaudara.

Hal itu juga dapat dilihat dari awal munculnya kasus KLB. Saat itu pengurus Masjid An-Nur juga langsung bergerak membantu saudaranya yang terkena campak dan gizi buruk. Bantuan tersebut dikumpulkan kepada pemerintah untuk menyalurkannya.

"Kami kumpulkan mewakili umat Islam di sini. Kedua, kami juga membuat makanan siap saji yang diberikan kepada warga sebagai kepedulian kita. Kita tidak membeda-bedakan," ujar Ustaz Somad.

Saya dan Ustaz Somad berbincang cukup lama. Pada akhir-akhir perbicangan saya dan Ustaz Somad, anak-anak masih terus belajar mengaji kepada beberapa ustazah di dalam masjid. Menurut Ustaz Somad, ghirah anak-anak itu sangat besar untuk belajar Alquran.

Sayangnya, para ustaz yang bisa mengajar untuk menghafalkan Alquran tidak ada di Asmat. Karena itu, Ustaz Somad pun menyambut baik mendengar kabar bahwa yayasan Ustaz Yusuf Mansur, YPPA Darul Quran, akan membangun pondok tahfiz di Distrik Agats.

"Pondok tahfiz sangat dibutuhkan di sini karena banyak yang tertarik, cuma kami kan di sini kekurangan guru di bidang Alquran," papar Ustaz Somad.

Selain itu, ia juga berharap kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat untuk sering mengirimkan dai ke Asmat agar dapat meningkatkan ibadah umat Islam di Asmat. "Kami sebenarnya pesannya cuma perlu banyak dai ke sini." (Pengolah: firkah fansuri).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement