REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa muda tak bisa dilepaskan dari dunia percintaan. Berbagai ekspresi cinta mereka lakukan hingga ada yang melewati batas moral atau dilarang oleh agama. Kondisi ini seringkali diingatkan oleh para ustaz dan ulama disetiap kesempatan agar pemuda tetap dalam koridor agama ketika masuk kemasalah percintaan.
Ustaz Bendri Jaisyurrahman dalam Pengajian Akhir Pekan Remaja Islam Sunda Kelapa (PARIS), di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, belum lama ini, yang bertema "Yang Berat Dosa Bukan Rindu" mengingatkan tentang dosa cinta. Ia mengingatkan para remaja perlu memahami tentang dosa apabila menjalani cinta yang salah.
Fenonema anak muda yang ngefans atau mencintai seseorang, kata Ustaz Bendri, seringkali lepas kontrol. Mereka kerap mengabaikan persoalan akhirat. Padahal cinta yang demikian dapat membuat seseorang lalai atau melupa kan tanggungjawabnya kepada Allah.
"Ini bisa dilihat betapa merananya orang putus cinta dibandingkan gagal menjalankan ibadah," ujar Ustaz Bendri.
Ustaz Bendri mengajak kepada pemuda agar meniru apa yang dilaksa nakan para sahabat. Mereka mendapat kan bimbingan langsung oleh Rasulullah tentang memaknai sesuatu yang berat yakni suatu hal berkaitan dengan akhirat.
Menurut dia, ketika membahas tentang dosa, mereka pun mengakui dosa-dosa nya. Pengakuan tersebut bermakna bahwa sahabat benar-benar memperhatikan hal yang berkaitan dengan kehidup an akhirat dengan cara pengakuan dosa.
Perilaku sahabat itu dapat dimaknai sebagai kecintaannya kepada Allah. Mereka tidak melupakan perbuatan-perbuatan yang ada hubungannya dengan akhirat.Alquran juga telah menyampai kan tentang bagaimana para sahabat me nyikapi tentang urusan akhirat. Karenanya, Ustaz Bendri juga mengajak kepada pemuda untuk memperbanyak membaca dan memahami Alquran.
Kisah Thalhah yang berniat meni kahi Aisyah ra, jika Rasulullah wafat juga patut dijadikan rujukan anak muda se ka rang dalam menjalani percintaan. Sebagaimana dikisahkan bahwa Thalhah pernah berbisik kepada kepada kawannya yaitu "Ya, akan kunikahi 'Aisyah jika Nabi telah wafat".
Bisikan dan gumaman tersebut di sam but oleh turunnya wahyu Allah SWT ke pada nabi yaitu surah al-Ahzab ayat 53 yang berbunyi "Dan apabila kalian me minta suatu hajat kepada istri nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati ka lian dan hati mereka. Kalian tiada bo leh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isri-istri sesudahnya wafat selama-lamanya."
Ketika ayat tersebut dibacakan ke pada Thalhah, ia menangis karena me nyesal atas niatnya yang ingin menikahi Aisyah. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan untanya demi Allah dan menunaikan umrah dengan berjalan kaki sebagai bentuk taubat atas ucapannya.
Meski Thalhah tak bisa menikahi Aisyah, istri Rasulullah, namun ia tetap menunjukkan cintanya kepada Aisyah dengan memberi nama putrinya Aisyah binti Thalhah. Putrinya tersebut dikisah kan memiliki kesamaan dalam hal ke can tikan dan kecerdasan dengan Aisyah.
Kisah cinta Thalhah tersebut, kata Ustaz Bendri, bisa menjadi contoh bagi anak muda sekarang yang sedang dilan da asmara. Dari kisah itu dapat diambil pelajaran bahwa Thalhah lebih memilih akhirat daripada kesenangan cinta di dunia.Thalhah merasa berdosa karena ucapannya yang ingin menikahi Aisyah apabila Rasulullah wafat setelah Allah menurunkan wahyu surah al-Ahzab ayat 53.
Dalam ayat tersebut jelas Allah melarang seseorang untuk menikahi istri-istri Rasulullah ketika wafat. Karena itu, Thalhah merelakan tidak menikahi Aisyah karena ia lebih memilih urusan akhirat ketimbang duniawi. "Sebab jika tidak ini awal hidup sengsara," tuturnya.
Ustaz Bendri mengingat agar pemuda tidak menjadikan cinta kepada ma nusia sebagai suatu penghambaan. Terlebih apabila cinta tersebut belum dihalalkan oleh Allah yakni melalui jalan pernikahan. Menurut dia, banyak pasangan suami istri yang keromantisannya diawal pernikahan saja. Itu terjadi disebabkan oleh keromantisan yang tidak berkah.