REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 1990, banyak imigran Muslimin yang menetap di Madrid. Sebagian besar mereka berasal dari Maroko. Bahkan, saat ini imigran Maroko mencapai 4,66 persen dari total imigran Madrid.
Selain dari Maroko, Musliminin juga berdatangan dari Bangladesh, Aljazair, Pakistan, Mali, dan Nigeria. Hingga kini, jumlah mereka terus bertambah. Banyak pula warga asli Madrid yang kemudian memeluk Islam.
Namun, tak ada sumber pasti yang dapat menghitung jumlah Musliminin di kota yang berada di tengah-tengah Spanyol itu. Pasalnya, tak ada sensus resmi yang dapat menghitung jumlah populasi Muslimin.
Alhasil, jumlah Musliminin hanya dapat diketahui dari imigran asal negara yang jumlahnya sekitar 17 persen dari total populasi Madrid yang mencapai 3,28 juta jiwa.
Untuk menghitung jumlah mualaf pun sangat tak terjangkau. Muslimin warga asli Madrid amat sulit diidentifikasi. Tak hanya Madrid, jumlah mualaf Spanyol memang sangat sulit diketahui. "Mualaf Spanyol mustahil untuk dihitung," kata Rita Gomes Faria dalam artikelnya "Islam in Madrid" dikutip dari halaman web euro-Islam.
Namun, Rita memperkirakan, jumlah mualaf mencapai 10 persen dari total Musliminin Madrid. Mereka pun menyebar ke seluruh wilayah kota. Terdapat tiga distrik bagian kota yang menjadi tempat tinggal bagi Musliminin, yakni Centro, Puente de Vallecas, dan Villaverde. Setelah tiga wilayah tersebut, diikuti wilayah Carabanchel, Latina, dan Tetuan.
Musliminin hidup nyaman di Kota Madrid. Meski minoritas, kebebasan beragama sangat dihormati warga Spanyol. Dalam hal makanan halal, pun Musliminin Madrid tak mengalami kesulitan. Restoran halal tersebar di kota tersebut.
Madrid juga memiliki tempat jagal hewan halal yang selalu dipantau pengurus Islamic center. Tak hanya itu, sekolah Muslimin juga mudah ditemui sehingga tak menyulitkan anak-anak Muslimin untuk mendapat pengajaran tak hanya umum, tapi juga agama.
(Baca: Asal Muasal Nama Kota Madrid)