REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Yahya bin Musa az- Zahrani dalam risalahnya bertajuk Ad- Dain bain Al-Masyru’ wa Al- Mamnu’ berbagi kiat-kiat agar seseorang bisa segera terbebas dari utangnya. Hal yang pertama ia tekankan ialah niat.
Para pengutang, hendaknya, sedari awal memiliki iktikad baik untuk membayar segala utang nya kepada pihak kedua. Sejauh manakah kesungguhan niatnya tersebut akan turut menentukan kelancaran rezekinya.
Hadis dari Abu Hurairah menegaskan itu. “Barang siapa yang berurusan dengan harta orang lain lalu ingin segera mengembalikanya, maka Allah akan membantunya. Jika ia berniat menghilangkannya, maka Allah akan binasakan.”
Bila ada kelapangan rezeki dan kemampuan membayar utang, segeralah menunaikan utangnya itu. Dahulukan utang dari segala tanggungan.
Tak ada yang bisa menjamin kapankah ajal akan lekat di kandung badang. Maka, jangan lagi menunda membayar utang. Rasul di hadis Abu Hurairah, menyatakan, seandainya memiliki emas sebesar Gunung Uhud, sebelum lewat tiga hari, utang dulu yang mesti dibayar. Langkah ini mesti didukung dengan perencanaan keuangan yang baik.
Utamakan kebutuhan primer, dalam konteks ini, membayar utang. Jangan dahulukan keperluan sekunder saat ada keleluasaan rezeki. Bersabarlah. Terakhir kali, Syekh Yahya mengingatkan supaya tetap memanjatkan doa. Kekuatan doa, bagaimanapun tak pernah terukur. Doa akan selalu melibatkan “sentuhan tangan-Nya.”
Rasul mengajarkan sejumlah doa agar mempermudah terlepas dari utang. Doa itu, antara lain, ”Ya Allah, cukupkanlah harta halal dari yang haram, dan jadikanlah aku kaya dengan karunia-Mu dari selain-Mu.”
Di kisah Abu Umamah, Rasul berbagi tips doa terbebas utang, yakni mengucapkan doa yang cukup panjang di tiap pagi dan sore hari. Potongan doa itu ialah, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari jeratan utang.”
(Baca: Utang Dorong Pengutang Berbuat Bohong)