Selasa 06 Feb 2018 17:02 WIB

Masjid Gedhe Kauman tak Lekang Dimakan Usia

Masjid ini telah berusia ratusan tahun.

Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.
Foto: wikipedia
Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Ada bagian di Masjid Gedhe Kauman yang disebut Al Mahkamah Al Kabiro. Itulah nama yang diberikan untuk serambi. Terdiri atas dua lantai, lantai atas serambi disangga oleh 24 tiang dan lantai bawah 32 tiang.

Pada masing-masing tiang, terdapat umpak, ukiran kayu, dan kaligrafi yang menggambarkan perkembangan kehidupan beragama di tanah Jawa. Umpak menggambarkan, orang Jawa awalnya memeluk agama Hindu, kemudian ornamen di atasnya menggambarkan stupa (agama Buddha).

Ada pula ornamen yang menggambarkan masuknya agama Nasrani. Di bagian atasnya lagi, terdapat kaligrafi bertuliskan “Muhammad” dan “Ar Rahman”, sedangkan dipuncaknya ada kaligrafi bertuliskan “Allah”.

Selain mengandung unsur dekoratif, menurut Muhsin, seni pahat yang terdapat di masjid ini juga memiliki makna simbolik yang erat kaitannya dengan agama Islam, seperti wajikan, praba, tlacapan, dan waluh. “Pahatan berbentuk buah waluh yang terdapat di setiap ilar pakar dan pintu gerbang memiliki makna agar selalu mengingat Allah,” katanya.

Jika menilik tahun berdirinya, masjid ini telah berusia ratusan tahun. Tapi, rupanya Masjid Gedhe Kauman tak lekang dimakan usia. Buktinya, ia masih sangat kokoh. Dalam upaya melestarikan bangunan ini, kata Muhsin, dilakukan rehabilitasi masjid pada 1987-1989.

Ketika itu, sejumlah bagian masjid diperkokoh. Salah satunya, pilar-pilar utama diikat dengan kawat baja. Hal itu dimaksudkan agar bila ada gempa bangunan tidak roboh. “Ternyata, alhamdulillah ketika ada gempa besar pada 2006 bangunan masjid ini tetap kokoh.”

(Baca: Tradisi dan Syiar Islam di Masjid Gedhe Yogyakarta)

(Baca Lagi: Desain Tradisional Jawa yang Sarat Filosofi)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement