Selasa 06 Feb 2018 16:51 WIB

Tradisi dan Syiar Islam di Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta

Masjid Gedhe yang dibangun Ngarso Dalem I.

Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.
Foto: wikipedia
Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sepekan menjelang perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulud), pelataran Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta Hadiningrat tampak ramai melebihi biasanya. Orang tumpah ruah di sana terus-menerus, 24 jam.

Keramaian mulai terasa seusai Shalat Ashar. Sebab, dua gamelan pusaka Keraton Yogyakarta, yakni Kyai Nogowilogo dan Gunturmadu yang diletakkan di Pagongan kompleks masjid tersebut mulai dibunyikan. Dua perangkat gamelan ini berkumandang hingga pukul 23.00 WIB.

Ada dua Pagongan, yaitu di sisi utara dan selatan. Masing-masing Pagongan bisa menampung seperangkat gamelan. “Gamelan akan berhenti dibunyikan saat memasuki Shalat Maghrib dan Isya,” kata Penghulu Keraton Yogyakarta H Ahmad Muhsin Kamaludiningrat belum lama ini.

Seusai Shalat Maghrib dan Isya diadakan pengajian singkat atau kuliah tujuh menit (kultum) di dalam masjid. Khusus pengajian sehabis Isya, diselenggarakan di pintu gerbang (gapura) masjid.

“Bunyi gamelan dan suara ustaz yang mengisi pengajian tidak saling mengganggu. Karena, suara gamelannya hanya instrumen. Jadi, malah bisa saling mengisi, mendengarkan gamelan dan pengajian,” katanya.

Para peserta pengajian disediakan tempat di serambi masjid, sehingga mereka bisa mendengarkan pengajian dan gamelan sambil tiduran. Bahkan, kalau lapar bisa makan di warung yang ada di halaman masjid.

Tapi, ada juga peserta pengajian yang lebih suka berada di luar halaman sampai alun-alun utara. “Sehingga, mereka bisa mendapatkan hiburan dan santapan rohani sekaligus,” tutur Muhsin.

Pada malam 12 Maulud, Sri Sultan Hamengku Buwono X miyos (menuju) Masjid Gedhe sekitar pukul 22.00 WIB untuk menyebar udik-udik di halaman masjid dan di dalam masjid. Setelah itu, Sultan duduk bersama para jamaah di serambi untuk mendengarkan risalah kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dibacakan penghulu Keraton.

Keesokan harinya, Sultan mengeluarkan gunungan Sekaten untuk diperebutkan di halaman Masjid Gedhe. “Itulah fungsi Masjid Gedhe yang dibangun Ngarso Dalem I dan penyebaran agama Islam melalui Keraton Yogyakarta. Dan, terkenal dengan Sekaten,” kata Muhsin.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement