Ahad 04 Feb 2018 17:15 WIB

Jejak 'Gubernur Santri' di Tanah Wali

Cirebon akan selalu menjadi tempat kebanggaan bagi umat Islam.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) bersama Pimpinan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, KH Adib Rafiudin pada Jumat (2/2).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) bersama Pimpinan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, KH Adib Rafiudin pada Jumat (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  Jejak kakinya tertancap selama dua hari di Kota Wali, Cirebon, pada Jumat dan Sabtu (2-3/2). Langkahnya tegap dengan senyum khasnya yang selalu terurai kala berpapasan dengan orang lain.

Adalah Muhammad Zainul Majdi, Gubernur NTB atau yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Tuan Guru Bajang (TGB). Seorang umara dan ulama. Paket komplit dalam sebuah tokoh kepemimpinan di Indonesia.

Melalui pendekatan keagamaan, TGB yang juga diberi amanah sebagai Ketua Alumni Ikatan Al Azhar Cabang Indonesia berhasil mengubah wajah NTB sebagai salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, dan jangan lupa menggebrak panggung dunia lewat branding destinasi wisata halal.

Kunjungannya ke Cirebon bagian dari jalinan silaturahim. Kata ini yang selalu ia tekankan saat dimana pun berada. Dengan kereta api dari Stasiun Gambir, TGB tiba di Stasiun Cirebon pada pukul 11.00 WIB. Tak ada pengaman berlebih dalam setiap perjalanannya. Ayunan gerak langkahnya kerap terhenti menyambut sapaan dan permintaan warga untuk berfoto bersama.

Masjid Raya At Taqwa

 

Di masjid ini, TGB didapuk sebagai khatib shalat Jumat. Dalam khutbahnya, TGB mengajak umat Islam untuk senantiasa menumbuhkan sikap optimis. Sikap optimis ini, kata TGB, harus tetap tumbuh dalam diri seorang mukmin, baik dalam keadaan susah maupun senang.

 

Bahkan dalam keadaan sesulit apapun, sikap yang selalu tumbuh dari para Nabi dan Rasul harus tetap terpatri dalam diri seorang mukmin. "Dari kisah para Nabi dan Rasul, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa satu sikap yang harus tumbuh dalam diri seorang mukmin, dalam keadaan apapun dan situasi sesulit apapun adalah sikap optimisme," kata TGB.

IAIN Syekh Nurjati

 

Di sini, TGB menjadi pembicara dalam kuliah umum bertajuk "Penguatan Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Studi Keislaman". TGB menegaskan, Islam dan nasionalisme itu sifatnya menyatukan, bukan saling membenturkan antara nilai yang dianut Islam dengan nilai yang dikokohkan dalam konsep nasionalisme.

TGB menguraikan, Islam dan nasionalime itu saling menguatkan, karena sama-sama menganut nilai kebaikan. Nasionalisme yang didorong Islam, lanjut TGB, adalah cinta tanah air dan merdeka dari segala macam bentuk penjajahan.

TGB mengajak seluruh anak bangsa secara bersama-sama memastikan bahwa agenda kebangsaan adalah agenda keumatan, dan agenda keIndonesiaan adalah agenda keumatan.

Menurut TGB, agenda kebangsaan atau ke-Indonesiaan, seperti memerangi penyalahgunaan narkoba, memerangi kejahatan korupsi, membangun manusia Indonesia yang berkualitas, merupakan agenda yang harus menjadi bagian agenda umat Islam.

Pondok Pesantren Buntet

Di salah satu ponpes tertua di Jawa ini, TGB mengaku bersyukur bisa bersilaturahmi dengan Pimpinan Ponpes Buntet, Cirebon KH Adib Rofiuddin dan warga Buntet. "Ini silaturahmi sesama santri, kalau saya murid silaturahmi kepada guru (KH Adib)," kata TGB.

photo
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) bersama Pimpinan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, KH Adib Rafiudin pada Jumat (2/2).

KH Adib mengaku, senang atas kunjungan TGB. Menurut Adib, kunjungan ini semakin mempererat tali silaturahmi antarumat. Selain sebagai gubernur, TGB juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW).

"Alhamdulillah Tuan Guru Bajang (TGB) bisa bersilaturahmi ke Buntet, sesama pesantren bersama santri dan alumni Al Azhar bisa menyatu, berkumpul untuk perkuat ukhuwah, banyak sekali hikmah bertemu beliau di sini," ujar KH Adib.

Dalam pandangannya, KH Adib menilai TGB merupakan contoh pemimpin yang sukses dalam membangun daerahnya. Pun dari sisi akhlak dan keilmuan. Tak tanggung-tanggung, KH Adib menyebut TGB sangat layak menjadi pemimpin nasional.

Ponpes Kempek

Di Kempek, kedatangan TGB membuat heboh para santri yang saling berdesakan mencium tangan TGB. Pengasuh Ponpes Khas Kempek Muhammad Musthofa Aqiel mengatakan, TGB merupakan salah satu santri dan jebolan pesantren yang berhasil dan patut dicontoh.

"Priben carane (bagaimana caranya) menjadi santri yang baik dan pejabat gubernur seperti beliau," ujar Musthofa.

Musthofa meminta santri di Kempek belajar dan mencontoh dari apa yang dilakukan TGB. Dengan gaya humor, Musthofa menyampaikan bahwa dulunya TGB sama seperti santri-santri di Kempek yang ikut berebutan mencium tangan dan hormat kepada alim ulama. Bagi Musthofa, TGB merupakan sosok gubernur yang luar biasa dan jarang ada di Indonesia, mengingat berasal dari kalangan santri dan hafal Alquran.

"Saya merasa senang dengan kedatangan beliau (TGB), kita doakan moga-moga Allah SWT mendudukan beliau (TGB) di tempat yang lebih bermmanfaat lagi bagi Indonesia," lanjut Musthofa.

TGB sendiri mengaku terkejut dengan antusias para santri di Kempek. Melihat para santri, TGB seperti teringat momen-momen saat ia 'nyantri' di Ponpes Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan (NW) Pancor di Lombok Timur pada tahun '85-an.

"Melihat santri ini saya teringat saat dulu mondok, sama seperti adik-adik ini, pecinya miring," kata TGB, disambut gelak tawa para santri.

TGB mengajak para santri belajar dengan sungguh-sungguh selama di ponpes. Menurut TGB, bekal yang ada di dalam ponpes sangat bermanfaat untuk di masa mendatang.

Ponpes Bina Insani

Agenda terakhir TGB pada Jumat (2/2), ditutup di ponpes ini. Mengingat situasinya sudah malam, TGB memilih berbincang santai seputar kebangsaan dan keislaman. Pertanyaan-pertanyaan jamaah, ia jawab satu per satu. Dalam kesempatan ini, TGB menekankan pentingnya merajut silaturahmi dalam memperkuat ukhuwah islamiyah.

Bagi TGB, agenda umat Islam dan agenda kebangsaan berjalan dalam satu tarikan nafas. Berbicara mengenai agenda kebangsaan, tentu sama halnya dengan berbicara agenda umat Islam. Pun tatkala bicara agenda umat Islam, berarti tengah berbicara agenda kebangsaan, mengingat umat Islam merupakan bagian terbesar dari bangsa ini.

Andalus City

Di Andalus City, TGB memberikan kajian shubuh tentang salah faktor seseorang atau umat Islam meraih puncak kesuksesan ditentukan oleh seberapa besar perjuangan itu dilakukan.

"Perjuangan itu tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan membutuhkan kebersamaan dan persaudaraan," ujar TGB.

photo
Kawasan Wisata Costa del Sol, yang terletak di Andalusia, Spanyol, yang pernah dikunjungi pemimpin Libya Muamar Gaddafi

TGH mengisahkan, sosok Nabi Musa yang tidak hanya secara fisik memiliki kekuatan luar biasa, juga memiliki kelebihan ilmu dibanding kaumnya waktu itu, tetap membutuhkan bantuan dan pertolongan Allah SWT. Kata TGB, Nabi Musa berdoa kepada Allah agar dimudahkan segala urusan dan dilancarkan lisannya ketika menyampaikan sesuatu pada kaumnya.

TGB mengajak seluruh jamaah mengokohkan persaudaraan, tidak hanya karena faktor keimanan atau latar belakang kesukuan. Namun juga karena dilandasi faktor kemanusiaan secara universal. TGB mengatakan, menjadikan Indonesia sebagai bangsa dengan predikat baik, merupakan tiga bersama.

"Tugas kita memastikan bangsa ini menjadi bangsa yang Allah cinta kepada mereka dan mereka cinta kepada Allah. Kebangsaan dan keislaman tidak berdiri sendiri tapi harus diisi dengan nilai-nilai mulia, barulah kaum itu menjadi bangsa yang berkah, maju dan diridhoi Allah," ucap TGB.

Cirebon Islamic School

Di sini, TGB membuka ajang kompetisi bahasa Inggris tingkat anak-anak. TGB mengingatkan kepada seluruh peserta kompetisi bersaing secara sehat untuk mencapai keberhasilan. Selain secara sehat, berkompetisi harus dibangun dengan kompetisi yang mencerdaskan serta melewati proses atau tahap yang sesuai.

"Bagi saya, seluruh peserta yang mengikuti kompetisi ini adalah semua para juara," kata TGB.

Ziarah Makan Sunan Gunung Jati

Makam Sunan Gunung Jati menjadi persinggahan terakhir TGB di Cirebon. Dipandu Kerabat Kraton Bambang Irianto, TGB menyimak menjelaskan tentang peninggalan dan perjalanan sejarah tentang Kesultanan Cirebon. TGB terkesima dengan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih bertahan hingga kini. Menurut TGB, Sunan Gunung Jati memiliki peran sangat penting bagi dunia Islam di Indonesia.

"Ini salah satu tonggak menyebarnya Islam di nusantara. Kalau ibaratnya Islam itu cahayanya sudah mencakup ke seluruh nusantara, salah satu sumber cahaya itu dari sini," ujar TGB.

TGB mengingatkan, Islam datang dan menyebar ke seluruh penjuru nusantara dengan semangat perdamaian. TGB mengajak masyarakat meneladani semangat Sunan Gunung Jati. Bagi TGB, Sunan Gunung Jati bersama keluarga tidak sekadar menyebarkan Islam, melainkan juga membangun peradaban di kota-kota yang ada di sekitar Cirebon dan bahkan termasuk wilayah Batavia (Jakarta).

"Jadi, seorang dai tidak hanya menyebarkan ajaran agama tapi dia harus berkontribusi membangun peradaban," kata TGB menambahkan.

Akhirul kalam, TGB mengaku, bersyukur bisa menjejakkan kaki di Cirebon, yang ia sebut sebagai tanah para wali dan salah satu titik mulai menyebarnya dakwah Islam yang rahmatan lil alamin. Menurut TGB, Cirebon akan selalu menjadi tempat kebanggaan bagi umat Islam.

"Cirebon akan selalu menjadi pusat dakwah Islam, menjadi tempat kebanggaan umat Islam, dan insyaAllah menjadi tempat menyebarnya nilai-nilai kebaikan di seluruh bangsa," kata TGB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement