Ahad 04 Feb 2018 06:36 WIB

Keunikan Arsitektur Masjid Raya Nizhnekamsk

Masjid Raya Nizhnekamsk memiliki atap yang terbilang unik.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Masjid  Nizhnekamsk, Rusia.
Foto: Wikipedia
Masjid Nizhnekamsk, Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Perlu waktu 10 tahun untuk menyelesaikan pembangunan kompleks Masjid Raya Nizhnekamsk. Proyek ini juga menghabiskan dana tidak kurang dari 60 juta rubel (kini setara Rp 13,4 miliar). Menurut tokoh agama setempat, seperti dikutip laman asosiasi Muslim lokal Tatarstan, MRBRT, banyak orang bergotong royong untuk mewujudkan masjid ini.

Rentang waktu yang lama itu di antaranya karena krisis finansial. Bahkan, proyek sempat dijeda. Bagaimanapun, semangat solidaritas kaum Muslim di sana terbilang tinggi. Dalam satu bulan, uang sebesar 1 juta rubel mulai terkumpul sehingga proyek ini dapat kembali diteruskan. Demikianlah sampai pada 1996 Masjid Raya Nizhnekamsk sempurna.

Para pengunjung dapat memasuki kompleks masjid ini melalui dua gerbang utama. Satu untuk jamaah laki-laki, sedangkan yang lain untuk perempuan. Sekilas, Masjid Raya Nizhnekamsk tidak seperti masjid yang biasa dijumpai di negeri-negeri mayoritas Muslim.

Sebab, tidak ada kubah yang melingkupi bagian atasnya. Di Rusia, kubah memang termasuk ciri bangunan rumah- rumah ibadah bukan hanya Islam, melainkan Kristen Ortodoks. Tidak sedikit masjid di Rusia yang atapnya berbentuk konvensional yakni limas.

Bagaimanapun, Masjid Raya Nizhnekamsk memiliki atap yang terbilang unik. Atap masjid ini berwarna hijau-gelap. Bentuknya cenderung landai. Bentuk bangunan utamanya juga menyerupai kubus yang terpotong di bagian atasnya. Ini menyebabkan jendela-jendela besar pada setiap sisi masjid ini memiliki tinggi yang berbeda-beda.

Di setiap sudut bangunan utama ini terhampar koridor yang mengarah pada menara-menara yang menjulang bagaikan pensil raksasa. Pada menara sisi barat dan timur terdapat kaligrafi lafazh Allah dan Nabi Muhammad SAW di dekat pucuknya. Dengannya, orang-orang yang awam gaya bangunan Rusia dapat mengenali tempat ini sebagai masjid.

Hiasan kaligrafi juga terdapat di dinding luar dekat pintu-pintu utama masjid ini. Tampilan menara-menara Masjid Raya Nizhnekamsk agaknya mengikuti gaya arsitektur Ottoman. Seperti halnya atap, bagian pucuk setiap menara ini juga berwarna hijau-gelap. Secara ke seluruhan, masjid ini didominasi warna krem. Hamparan rumput tumbuh asri di sekitar rumah ibadah tersebut.

Bagian dalam masjid ini tidak kalah indahnya. Pada dindingnya terdapat lampu tempel yang ditenagai listrik. Warna dinding ini putih dan semakin tampak cerah pada siang hari lantaran pantulan sinar matahari. Sajadah panjang yang melapisi lantai berwarna cokelat muda.

Bagian mihrabnya menjorok ke luar. Di sana terdapat lengkung yang dihiasi kaligrafi dengan pola-pola yang meniru tanaman menjalar. Warna latarnya cokelat keemasan, sehingga tampak selaras dengan kaligrafi hitam itu. Imam atau khatib menyampaikan ceramahnya di atas mimbar bertangga.

Komunitas Muslim Tatarstan kebanyakan menganut mazhab Hanafi. Menu rut seorang tokoh lokal, dilansir situs resmi MRB RT, Masjid Raya Nizhnekamsk selalu padat kegiatan-kegiatan dakwah dan pendidikan. Fokusnya antara lain membangun ikatan yang kuat di antara mereka, khususnya kalangan generasi muda.

Apalagi, masjid ini dilengkapi dengan madrasah yang bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, melainkan juga pengetahuan umum. Demikian pula dengan isi koleksi perpustakaan yang cukup lengkap.

Nizhnekamsk menurut sensus tahun 2010 berpenduduk sebanyak 234 ribu jiwa. Sekitar 46 persen di antaranya merupakan etnis Tatarstan, yang memiliki sejarah panjang sebagai penganut Islam. Adapun sekitar 45 persen sisanya beretnis Rusia. Kota ini cukup terkenal dengan kawasan industri kimia yang terdapat di sana. Rusia sendiri merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di Benua Eropa.

Di saat yang sama, pemerintah setempat bersikap mengayomi terhadap komunitas Muslim lantaran mengutamakan persatuan yang menghargai kemajemukan. Apalagi setelah rezim komunis Uni Soviet runtuh menjelang permulaan abad ke-21.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement