REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) memperingati hari lahirnya yang ke-92 di Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Rabu (31/1) malam. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj berharap, ke depannya NU dapat konsisten membangun perdamaian kepada seluruh umat.
Menurut Kiai Said, berbagialah warga NU yang hingga puluhan tahun tetap bisa meneruskan perjuangan tokoh-tokoh NU, seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). "NU ke depan bermanfaat, berguna. Jadi faktor penting di Indonesia dan bisa membangun perdamaian kepada seluruh umat Indonesia," ujarnya saat sambutan dalam acara Harlah NU ke-92.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Jakarta ini menegaskan, bahwa tokoh-tokoh NU menitipkan amanah untuk selalu menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan dasar Pancasila dan menghormati Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, perdamaian menjadi sangat penting untuk dibangun.
"Di atas pundak NU, baik dapat jatah atau tidak, tugasnya adalah menjaga dan merawat keutuhan NKRI. Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Islam, sudah final," ucapnya.
Selain itu, Kiai Said juga menjelaskan, bahwa ormas Islam yang pertama kali menerima Pancasila sebagai asas tunggal dasar negara adalah NU, yaitu pada saat Musyawarah Nasional (Munas) NU yang digelar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo pada tahun 1983. Pondok pesantren ini saat itu diasuh oleh almarhum KHR. As'ad Syamsul Arifin yang baru mendapatkan gelar pahlawan.
"Maka, tidak benar kalau ada orang yang masih mempertentangkan Islam dan Pancasila. Warga NU harus paham itu," kata Kiai Said.
Peringatan Harlah NU itu juga dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Menurut Lukman, selama pukuhan tahun ini NU menjadi Ormas Islam yang berpahamkan moderat, yakni selalu berada di tengah-tengah.
"Kita tahu DNA NU adalah seperti yang disampaikan ketua umumnya tawasuth, ajaran yang senantiasa moderat dalam pemahaman dan pengamalan Islam," ujar Lukman.
Selain itu, kata Lukman, NU juga telah mampu mengaplikasikan sikap tasammuh atau toleransi, serta menerapkan sikap tawazzun yang artinya seimbang. "Itulah yang menjadi DNA NU sehingga lalu kemudian Indonesia merasa bersyukur, karena NU maka jati diri dan eksistensi bangsa masih terjaga hingga hari ini," kata Lukman.