REPUBLIKA.CO.ID, KERALA -- Seorang wanita Muslim yang mengimami shalat Jumat di sebuah masjid di Kerala, India, kini tengah menghadapi kondisi yang memanas. Ulama Muslim di Kerala mengecam dan mengancam wanita yang menjadi imam shalat Jumat di sebuah masjid di Wandoor di distrik Malappuram, Kozhikode, sebuah kota di negara bagian selatan India, Kerala.
Jamida, imam perempuan tersebut telah menerima ancaman pembunuhan di Thiruvannthapuram. Kondisi tersebut memaksanya untuk meninggalkan kota tersebut. Kaum fundamentalis telah mengancam untuk melenyapkan Jamida (34), yang merupakan seorang guru sekolah. Menurut mereka, Jamida telah mengotori agama.
Jamida merupakan sekretaris jendral pada Quran Sunnath Society, sebuah organisasi yang berusaha keras untuk melakukan reformasi dalam agama. Organisasi itu didirikan oleh pengkhotbah reformis Chekanur Moulavi yang diduga dibunuh oleh ekstremis pada 1993, karena mempertanyakan beberapa kebiasaan dan praktik dalam agama tersebut.
"Saya telah menerima banyak seruan yang mengancam. Di media sosial juga, orang secara terbuka menentang keputusan saya," kata Jamida, dilansir dari Hindustan Times, Senin (29/1).
Ia menambahkan, bahwa dia akan melakukannya lagi jika mendapat kesempatan. Menurutnya, tidak ada yang tertulis di dalam Islam bahwa wanita akan dilarang mengimami shalat.
"Kita harus menyapih agama dari tangan sekelompok imam dan pengkhotbah patriarkal," lanjutnya.
Jamida mengatakan, bahwa Alquran telah ditafsirkan secara berbeda untuk kenyamanan pria. Sehingga, mereka memegang tampuk kekuasaan dan mendiskriminasi wanita. Padahal, kata dia, Alquran tidak diskriminatif terhadap wanita. Namun, ia mengatakan orang yang menafsirkannya melakukan diskriminasi tersebut.
"Tidak ada dalam kitab suci yang mencegah seorang wanita menjadi imam. Perubahan akan datang dalam agama secara bertahap," ujarnya.
Sosok Jamida juga merupakan seorang kritikus pemberani terhadap penerapan talak tiga. Ia mengatakan, bahwa dia adalah penggemar berat ilmuwan AS Amina Wadud, yang merupakan wanita Muslim pertama yang memimpin shalat Jumat.
"Perubahan terlihat di masyarakat. Wanita harus maju untuk mengakhiri dominasi ulama yang menafsirkan agama sesuai keinginan mereka sendiri untuk menikmati keunggulan," tambahnya.