Kamis 25 Jan 2018 17:30 WIB

Ciri Khas Sains Islam

Kesadaran strategis akan pentingnya logika membawa Islam pada kehausan intelektual.

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Intelektual Islam dahulu mencintai dan memanfaatkan logika (mantiq) sebagai alat berpikir ilmiyah yang tak dapat dikesampingkan.

Ketika berlogika, umat Islam memperhatikan kejelasan dan konsistensi yang tidak terpisah dari Sang Pencipta, Mahatransenden.Meski logika dapat digunakan untuk menggapai kebenaran atau sebaliknya, kesesatan, ilmu ini jika digunakan secara tepat dan tidak diselewengkan nafsu rendah, akan sampai pada Allah.

Meski gemar mendalami mantiq, umat Islam menyadari ada rambu agama dengan berbagai pengetahuan dasar di dalamnya yang mengendalikan nalar akal.

Mereka menyadari eksistensi Allah sebagai inti semua wujud, yang menjadi sumber keberadaan semesta baik makrokosmos maupun mikrokosmos.Karena itulah mereka tidak tidak terjerumus kedalam jurang penafikan agama, seperti yang terjadi di barat.

Kesadaran strategis akan pentingnya logika membawa Islam pada kehausan intelektual. Sejak abad ketiga hijriyah, umat Islam bersemangat mendalami berbagai ilmu pengetahuan.

Baitul Hikmah pada masa Abbasiyah menjadi inspirasi umat Islam mengkaji dan mendalami berbagai ilmu pengetahuan, sehingga peradaban Islam ketika itu cemerlang dan penuh cahaya ilmu pengetahuan.

Yang paling menarik dari buku Tawhid and Science adalah pandangan tentang keterhubungan semua intetitas kehidupan.Alam raya beserta semua ciptaan Ilahi di dalamnya terhubung dan saling berinteraksi.

Semuanya adalah organisme hidup yang tak terpisahkan.Fenomena itu mencerminkan ciri khas sains Islam yang oleh Seyyed Hossein Nasr disebut terus merujuk kepada Sang Pencipta seperti manusia berthawaf mengelilingi Ka'bah.

Hal itu terlihat jelas dalam pema haman komprehensif tentang alam semesta sebagai hasil atau efek tindakan kreatif Allah.Osman Bakar menulis, Pengetahuan tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, pencipta dan ciptaan, atau antara prinsip ilahi dengan manifestasi kosmik, merupakan basis fundamental kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual.

Oleh karena itu, Islam mengakui Alquran dan hadis sebagai sumber pengetahuan, bukan semata-mata fenomena kasat mata rasional di sekitar kehidupan manusia. Ayat pertama berupa seruan untuk membaca dengan nama Allah menjadi pedoman yang dipatuhi, bahwa dalam mengkaji alam harus selalu mengingat keagungan Sang Pencipta.

Alquran mengarahkan manusia untuk memperhatikan silih berganti malam dan siang, langit dan bumi, sebagai tanda kekuasaan Ilahi. Pergantian itu juga menandakan betapa banyaknya fenomena yang dapat dikaji secara saintifik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement