REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meresmikan Program Pendidikan Intensif Lembaga Pemasyarakatan Rumah Tahanan Negara, Rabu (24/1). Program ini merupakan kerja sama Kanwil Kemenag dengan Kanwil Kemenkumham Provinsi Jawa Tengah.
Menag menilai MoU ini menjadi program baru yang digulirkan agar pelaksanaan tugas dan fungsi di Kemenag lebih bermanfaat bagi masyarakat luas, mencakup warga binaan di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan (rutan).
"Program ini sangat strategis. Pendidikan karakter bagi warga binaan penting agar mereka juga memiliki pemahaman tentang esensi agama," jelasnya seperti dikutip dari laman Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (25/1).
Kepada para penyuluh, Menag berpesan agar bersabar dalam menjalani program ini sehingga manfaat keberadaannya bisa dirasakan sesama secara lebih luas.
Sementara Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Farhani menambahkan adanya keprihatinan bersama tentang fenomena tawuran dan peredaran narkoba di lembaga pemasyarakatan (lapas).
"Kami ingin kejadian itu tidak terus terjadi di lapas. Kami ingin membawa pendidikan karakter masuk ke lapas di Jateng," ujarnya.
Dalam MoU tersebut, disepakati bahwa Kemenkumham akan menyiapkan tempat dan warga binaan. Sedangkan Kemenag akan menyiapkan SDM baik penyuluh agama, dai, maupun guru ngaji.
"Ada lima ribu penyuluh agama di Jateng. Target yang ingin dicapai adalah ke depan ada pembeda bagi warga binaan. Kalau dulunya belum bisa ngaji, setelah keluar lapas bisa ngaji, menjadi bilal, tilawah, dan lainnya. Jika ini bisa dibangun, maka lapas Jateng menjadi lapas zaman now," tegasnya.
Kakanwil Kemenkumham Provinsi Jawa Tengah Ibnu Chuldun mengapresiasi kesediaan Kemenag Jateng untuk bersinergi dalam pendidikan karakter bagi warga binaan lapas. Ia berharap dengan pembinaan keagamaan yang kuat, warga binaan nantinya dapat kembali ke tengah masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik.
"Penyuluh agama nantinya bisa menjadi orang tua asuh bagi penghuni lapas yang tidak mempunyai keluarga. Lapas baru ini menerima ribuan warga binaan dari Jakarta yang mungkin tidak mempunyai keluarga di Jawa Tengah," ungkapnya.